Puisi JKMMA : Pejuang Sejati (25-36)

 

25. Pejuang Sejati

Diketika kemampuan logika berada dipuncak putus asa, jangan ragu untuk segera belajar menapaki gunung kecerdasan mengatasi kesulitan.
Mendakilah perlahan.
Jika lelah... bolehlah sebentar saja berkemah.
Lanjutkan...
Lanjutkan terus perjuanganmu hingga mampu tuk tak merasa lagi tubuh terluka, lelah tak terhiraukan.
Percayalah sebentar lagi kau kan berada dipuncak.
Paling tidak saat ini kau telah mendekati puncak.
Dan...
Ternyata kini dirimu sudah berubah menjadi pejuang sejati.
 
(Dharmadjaya, 15 Juni 2021)

===

26. Hanya Kau Inginku

Saat ia memandang kemahasempurnaanNya pada ciptaan tanpa cacat membuat ia teramat suka.
Sangat suka pada bukti keesaanNya.
Membuat hatinya tergetar berujar...
Hanya Kau inginku meski langkah masih sering tertatih.
Mengapa tidak.
Bukan sekedar wanginya bicara.
Tuhanku, ajari aku cinta.
Cinta berselimut sabar syukur.
Cinta yang memperpanjang umur dan berkah.
 
(Dharmadaya, 20 Juni 2021)

===

27. Nampak Lebih Manis

Kulihat dirimu yang dulu sangat berbeda dengan sekarang.
Kau sering ketimur lalu kebarat tuk menemuiNya.
Bukan hanya saat dipasar, dipekerjaanpun kau nampak asyik berbincang denganNya.
Wajahmu kini nampak lebih manis.
Ada apa denganmu sahabat.
Perlahan iapun berbisik pelan.
Aku takut disaat bertemu Tuhanku, baru merintih memohon tuk kembali...
hanya untuk berbuat.
Jangan biarkan dirimu hanya...
“iman dalam diam”. 
(Dharmadjaya, 22 Juni 2021)

===

28. Berlayar

Perlahanlah berjalan wahai waktu.
Agar ruang tak terasa sempit.
Bukanlah engkau kutuduh penyebab dari akibat malasnya diri.
Aku hanya ingin sebentar bermanja dari penatnya perjalanan.
Akupun tidak sedang membandingkan kalian berdua.
Waktu dan ruang adalah bagiku bukan sekedar pendahuluan namun juga isi dan kesimpulan.
Sebab...
kemanapun tujuanku berlayar.
Kalian akan menyertai...
dipelabuhan mana dan kapan aku tiba.
(Dharmadjaya, 22 Juni 2021)

===

29. Kesadaran

Kesadaran diri pada kemerdekaan visi adalah ia yang mencoba meraih puncak makna pada tujuan hidup.
Hingga pada menafsirkan dunia.
Untuk apa perhatian dan penghargaan jika diri belum mampu menghargai dirinya sebagai pribadi merdeka
Kemampuan untuk menolong diri, yang bukan pada kepribadian ganda yang menyembunyikan identitas dibalik topeng cantik.
Hijrah jihad hingga pembebasan... untuk menanamkan bahwa setiap langkah harus memiliki makna dan ibadah.
(Dharmadjaya, 23 Juni 2021)

===


30. Inggih ya Allah

Ketika angin, ikhlas taat bertiup kencang tuk menumbangkan pohon pada keridhaan ketentuanNya maka merekapun berujar...
inggih ya Allah.
Pujian, perhatian bahkan penghormatan tak mampu mencemarkan mengotori angin.
Dan...
Silahkan engkau pergi menjauh duhai rasa tidak nyaman dari hati ujar pohon.
Dalam zikir mereka selalu berujar...
Inggih ya Allah.
(Dharmadjaya, 23 Juni 2021)

===

31. Badut Dunia

Capung sahabat kecil manisku berbisik.
Ujian terberat adalah lulus dari rasa takut hinaan yang menenggelamkan dan suka pujian tersombong.
Hingga takut telan sekedar pahitnya pil kecil hinaan dan terlalu berharap manisnya minuman sebutan diri.
Kau terlalu sering sibuk sebut-sebut dunia.
Masih mahalnya harga dunia dalam pandangan sebabkan diri terlalu memikirkan oleh apa yang dikatakan badut dunia.
Lelahkan saja dirimu pada jihad pembebasan diri.
Sebab...
sungguh ia hanyalah badut dunia.
(Dharmadjaya, 27 Juni 2021)

===

32. Obat Keabadian

Adalah ia yang meletakan hanya dan hanya cukup Allah, cintanya.
Cinta yang lain adalah sekedar sebab dan sebab taat padaNya.
Alangkah indah dan cantiknya jika tak terjebak tuk menjadikan Allah hanya sekedar Rabb namun...
juga ilah.
Hanya Dia yang patut disembah dan pantas tempat mengabdi.
Mengapa tidak mempersembahkan senyum, tawa dan tangis hanya untuk Allah.
Jadikanlah cinta yang dapat merebut hati sepenuhnya.
Cinta yang mampu membimbing taat.
Taat yg dikawal ketat latihan.
Latihan taat selalu pada iman dan taqwa.
(Dharmadjaya, 14 Juli 2021)

===

33. Tiada Daya

Pergilah berkelana sebentar saja bersama angin dingin agar dapat merasakan dinginnya.
Lalu...
Menuju matahari agar dapat berujar tentang rasanya panas.
Diperjalanan kembalimu dari matahari akan kau pahami berapa besaran harga dunia.
Yang terlalu sedikit tuk membeli ridhoNya dan menebus siksaNya.
Dunia bagai gelas berisi minuman yang...
terasa sangat manis namun rawan tumpah dan jatuh pecah tak bernilai.
Merdekakanlah diri dari rasa memiliki dan tanamlah rasa selalu butuh Dia.
 
(Dharmadjaya, 15 Juli 2021)

===

34. Mengukir Rasa

Adakah universitas sabar dan syukur agar aku mampu mengukir rasa berkepanjangan.
Sebab dibutuhkan akan sangat tuk tenggelam kedasar pengalaman diatas pengalaman akan apakah itu rasa.
Bagai cinta yang tak terbantahkan diatas melebihi akan pengertian dan pemahaman.
Penuh akan rasa.
Semut hitam sahabatku terbang dengan tiga sayap hayalan.
Mengajakku...
tak inginkah kau ikut bercakap cakap sebentar dengan matahari.
Agar kau paham...
bagaimana melibatkan keterlibatan akan kesungguhsungguhan agar ketidakpastian tak menggigit, melukai rasa...
kegelisahan melanda.
Itu tentang rasa.
Mengapa kau tak mencoba mengalirkan bahasa makna saja. Hingga tak terjebak berjuta tafsir.
(Dharmadjaya, 27 Juli 2021)

===

35. Jalan Mana

Data dan informasi berkejaran cepat dengan waktu hingga proses dan evaluasi menuduh keras tindak lanjut tak konsekuen akan keputusan.
Menangislah ia.
Bukan karena merasa tak tangguh.
Kesadarannya mengatakan...
mana mungkin menemukan jalan kebenaran jika hanya berteman diam.
Sedang keputusan harus selalu hadir cepat disetiap saat dan keadaan.
Mengembaralah ia kini pada jalan asbab dan konteks keilmuan agar dapat merasakan hakikat makna sejati meski dihadapkan berkeping keping pengertian.
(Dharmadjaya, 28 Juli 2021)

===

36. Berdamai dengan Allah

Teramat sering kita membantah... hanya karena tlah merasa cukup.
Hari ini aku menemui sahabatku capung kecil digubuk reyotnya.
Tubuhnya tlah lemah tak berdaya.
Bagaimana sakit yang kau rasakan ujarku.
Tubuh ini teramat sakit hingga kesendi terdalam.
Maukah kau kuobati ujarku lagi.
Biarkan saja dulu.
Aku terlampau sering membantahNya karena selama ini merasa cukup.
Biar kini sakit yang teramat sakit menjalari tubuhku.
Namun...
kini aku merasa nyaman.
Aku sudah berdamai denganNya.
(Dharmadjaya, 30 Juli 2021)

===


Tidak ada komentar: