“Empat Pilar Alasan Taat Pada Allah DAN Puncaknya":
1. Dia yang Menciptakan => Argumen Kepemilikan
(Hak Mutlak)
Ini
adalah alasan hukum/legalitas tertinggi.
- Logika: Jika Anda membuat sebuah
robot dari nol (bahan dari Anda, desain dari Anda, tenaga dari Anda), maka
robot itu adalah milik Anda sepenuhnya. Anda berhak 100% mengatur
untuk apa robot itu digunakan.
- Konklusi: Kita adalah milik Allah
(Innalillahi). Karena kita adalah "barang milik-Nya", maka
sangat tidak etis jika "barang" memberontak terhadap Pemiliknya.
Ketaatan adalah konsekuensi dari status kepemilikan.
2. Dia yang Memelihara => Argumen Ketergantungan
(Eksistensi)
Ini
membedakan Allah dari sekadar "pembuat jam" yang membuat lalu pergi.
Allah terus-menerus menjaga kita ("Memelihara").
- Logika: Kita tidak bisa hidup
mandiri. Jantung yang berdetak, sel yang membelah diri, dan oksigen yang
tersedia, semuanya diurus oleh Allah detik ini juga. Jika Allah
berhenti memelihara kita sekejap saja, kita musnah.
- Konklusi: Kita taat karena kita sadar
diri bahwa kita lemah (fakir) dan sangat butuh Dia. Orang yang butuh
tidak mungkin sombong kepada yang ia butuhkan.
3. Dia yang Memberi Petunjuk => Argumen Otoritas
Ilmu (Kompetensi)
Ini
berkaitan dengan kecerdasan dan keselamatan.
- Logika: Allah adalah Al-Alim
(Maha Mengetahui) dan Al-Hadi (Pemberi Petunjuk). Dia tahu masa
lalu, masa depan, apa yang tersembunyi di hati, dan apa bahaya yang tidak
kita lihat. Akal manusia terbatas, sedangkan ilmu Allah tidak terbatas.
- Konklusi: Kita taat karena kita percaya
pada kompetensi-Nya. Mengikuti aturan Allah sama seperti pasien yang
mengikuti resep dokter ahli, atau pengendara yang mengikuti peta GPS
tercanggih agar tidak tersesat. Taat = Cerdas.
4. Dia yang Baik => Argumen Moral (Cinta &
Malu)
Ini
adalah alasan yang menyentuh hati (emosional).
- Logika: Allah menutupi aib kita
padahal Dia tahu dosa kita. Dia tetap memberi rezeki pada orang yang
menghina-Nya. Dia membalas satu kebaikan dengan sepuluh pahala, tapi
membalas satu kejahatan hanya dengan satu dosa (keadilan yang dibalut
kasih sayang).
- Konklusi: Kita taat karena rasa malu.
Bagaimana mungkin kita membangkang kepada Dzat yang begitu baik? Ketaatan
di sini bukan lagi beban, melainkan upaya kecil untuk membalas budi
(syukur) yang tak terhingga.
Poin Tambahan (The Missing Link): "Keagungan Mutlak"
Jika Anda
ingin satu alasan lagi yang mengikat keempatnya, itu adalah: Karena Dia
Layak (Worthy).
Terlepas
dari apakah Dia memberi kita surga atau neraka, memberi kita kaya atau miskin,
Allah memiliki sifat Al-Jalil (Maha Agung) dan Al-Quddus (Maha Suci).
Bayangkan
sebuah lukisan yang begitu indah dan sempurna. Anda akan mengaguminya hanya
karena keindahannya, bukan karena lukisan itu memberi Anda uang.
Begitu
pula Allah. Dia memiliki Kesempurnaan Dzat. Kita taat karena kita kagum
dan tunduk pada kesempurnaan-Nya. Ini adalah level ibadah para malaikat dan
nabi: Kekaguman (Awe).
Istilah "The Missing Link" (Mata Rantai yang Hilang) adalah
sebuah metafora.
Maksudnya adalah kepingan puzzle terakhir yang menyempurnakan alasan
kita.
Begini penjelasannya:
Jika kita perhatikan 4 alasan sebelumnya (Menciptakan, Memelihara,
Memberi Petunjuk, Baik), semuanya masih terasa transaksional atau
"ada timbal baliknya":
1. Dia
menciptakan => Saya milik-Nya. (LEVEL DASAR)
2. Dia
memelihara => Saya butuh Dia. (LEVEL DASAR)
3. Dia
memberi petunjuk=> Saya ingin selamat. (LEVEL
MENENGAH)
4. Dia
baik => Saya balas budi. (LEVEL MENENGAH)
Semua alasan itu benar, tapi masih menyisakan satu pertanyaan nakal di hati
manusia:
"Bagaimana jika saya tidak butuh selamat? Bagaimana jika saya tidak
peduli Dia baik? Apakah saya masih harus taat?"
Di sinilah "The Missing Link" (Keagungan Mutlak) masuk untuk
mengunci logika tersebut agar tidak bisa dibantah lagi.
Apa itu "Missing Link"-nya?
Jawabannya adalah: Kekaguman Murni
(Awe). (LEVEL TERTINGGI)
Kita taat bukan lagi karena "Dia memberi apa" (transaksi), tapi
karena "Siapa Dia sebenarnya" (Esensi).
Contoh Sederhana:
Bayangkan Anda sedang berdiri di depan pemandangan alam yang sangat luar
biasa indahnya (misalnya Grand Canyon atau puncak Everest).
·
Apakah gunung itu memberi Anda uang? Tidak.
·
Apakah gunung itu memberi Anda makan? Tidak.
·
Tapi, apakah Anda akan terdiam, menunduk, dan
merasa kecil di hadapannya? Ya.
Anda "tunduk" (taat/kagum) pada gunung itu bukan karena gunung itu
berbuat baik pada Anda, tapi semata-mata karena gunung itu besar dan indah,
sedangkan Anda kecil.
Kesimpulannya:
"The Missing Link" dalam ketaatan kepada Allah adalah kesadaran
bahwa meskipun Allah tidak memberi surga atau neraka, Dia tetap Dzat yang Maha
Sempurna dan Maha Agung.
Inilah level ketaatan tertinggi: Kita sujud bukan karena takut dicambuk
(neraka) atau ingin permen (surga), tapi karena kita sadar bahwa kita sedang
berhadapan dengan Dzat yang Paling Keren, Paling Indah, dan Paling Sempurna.
Ini menyempurnakan 4 alasan sebelumnya menjadi satu kesatuan yang utuh:
"Aku taat karena aku butuh Dia (4 alasan awal), DAN aku taat karena Dia
memang layak disembah (Missing Link)."
Inilah
alasan yang sangat rasional dan emosional
“Ya Allah, Engkau terlalu indah untuk tidak
dikagumi, ditaati dan disembah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar