https://drive.google.com/file/d/100_UfH0PsXREbMXJLBhn3cIJenVguP_I/view?usp=sharing
Hak cipta dilindungi
undang-undang.
Dilarang keras menerjemahkan,
memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari
Penerbit.
Penulis : I Gusti Bagus Dharmadjaya, S.Pd
Editor : Nia
Septia Sari
Desain Cover : William
Bismahur
Layouter : Sri
Wiliany
PENERBIT:
CV Banyubening Cipta Sejahtera
Alamat: Jl. Sapta Marga
Blok E No. 38 RT 007 RW 003
Guntung Payung, Landasan
Ulin, Banjarbaru 70721
E-mail: penerbit.bcs@gmail.com
Cetakan Pertama: Juli 2022
ISBN:
978-623-5774-58-9
Keanggotaan IKAPI: 006/KSL/2021
KATA PENGANTAR
Puisi terungkap dari realitas-realitas
sekitar yang diwarnai dengan kata-kata indah. Puisi yang dituangkan dalam buku
ini berisi kehidupan, keMahaan-Nya, kepedulian terhadap alam, jiwa diri,
pasrah, mewakili rasa cinta, kesetiaan, talak tiga, dan perjuangan dunia.
Kata-katanya terlarut menghambakan diri. Namun, terkadang beku dengan tersesat.
Ciri khas yang lahir dalam puisi ini
menghadirkan lintasan perjuangan, haqqul yakin, dan sebuah
konskuensi. Hal ini tampak selalu unik dalam kehadirannya.
Puisi, tidak berbatas dengan untaian
kata yang diikat menjadi kalimat. Kata dipoles dengan petik dan tanda titik
yang menjadi bait-bait terindah. Liriknya membariskan rasa, membuat frasa dan
klausa serta memiliki gaya bahasa yang berbeda. Rima terurai di antara
huruf-huruf kadang terletak di awal, di tengah, bahkan di akhir. Pilihan kata
untuk menunjukkan keTuhanan sangat mendalam. Tipografi melebar yang ditampilkan
dalam puisi menjadi menarik dihias dengan imaji-imaji visual disertai citraan.
Batin seolah memburu yang dibumbui makna, rasa, nada, dan pesan.
Buku puisi ini hadir dikala kata-kata
memekik, kalimat-kalimat gemuruh, bait-bait menepi bahkan sampai melangit. Rasa
puitis tentu mengalunkan cinta, dilema, dan kepasrahan. Ketika membaca
puisi kita akan dikagetkan dengan
kehadiran delapan puluh empat judul yang indah dari pengarang yang menelurkan
karya untuk melambangkan keabadian.
Dr. Rusma Noortyani, M.Pd.
Dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat
PENDAHULUAN
Kita terkadang terjebak, terbelenggu
oleh sesuatu yang tak jelas hingga menghambat kinerja. Kesadaran intelektual,
emosional dan spiritual perlu terus dilatih dalam pengendalian diri hingga
menjadi kebiasaan bahkan jadi karakter yang membumi, jua melangit. Kemampuan
menentukan pilihan, sikap dan reaksi positif atas kemerdekaan diri menjadi
sangat penting, merdeka atas keberpihakan pada duniawi semata dan mampu
memandang Jalal dan JamalNya hingga menjadikan hanya Allah yang terkuat dan
terbaik atas segalanya.
Semoga setiap kita mampu mengingatkan
diri, memaknai setiap aktivitas agar memiliki kekuatan untuk bertahan hidup dan
kebaikan bernilai dihadapanNya. Terima kasih buat keluarga besarku, semua yang
memberikan dukungan dan semangat serta pembaca budiman. Selamat membaca, semoga
buku ini bermanfaat dan Allah SWT selalu membimbing kita menuju mahabbahNya.
Aamiin.
Martapura,
1 Juli 2022
1
Dzulhijjah 1443 H.
Dharmadjaya
DAFTAR ISI
Hidup... tentang Kesempatan
dan Pilihan
Bukannya aku sedang mengingatkan, hanya menyampaikan.
Adakah sudah kita singkap makna dibalik tabir kehidupan.
Jika tidak, hilanglah kesempatan... percuma.
Waktu tak pernah berpihak pada siapapun, kecuali Dia berkehendak namun
Dia terlampau Maha Adil.
Untuk kita bersembunyi dibalik...
atas nama kemalasan dan tak sempat
Kita berlari menjauh atau mendekat adalah pilihan.
Mendekatlah agar menjadi bijaksana yang mampu melampaui kebenaran dan
kebaikan.
(Dharmadjaya, 21 Mei 2021)
Bebas Berbatas
Sudahkah kita membaca properti kehidupan.
Entah... secara akali ataupun laduni.
Semua berbatas.
Jangan meninggikan harapan diluar wilayah batas.
Hanya... karena merasa bersahabat dengan ambisi.
Jangan menanamkan harapan sementara kata kata dan perasaan terpenjara.
Terpenjara oleh kebebasan yang terbelenggu.
Meski hanya setitik keterlenaan.
Agar jiwa ikut bersujud dan bersyahadat.
(Dharmadjaya, 23 Mei 2021)
Hidayah
Tercerahkan oleh cahaya
murni dari sebuah kesejatian hakikat.
Dulu ia yang teramat
berbahagia, dengan...
hancurnya kepercayaan
karena rusaknya hati nurani yang digelayuti kepentingan dan keserakahan pengakuan.
Kini mengalir seuntai
air mata bening membasahi pipi hangat merasuk jiwa.
Setelah kesadaran
memberi pemahaman tentang hanya... wajahNya yang kekal.
Demikian erat hidayah
digenggamnya kini, meski ia sadar hidayah sangat mudah terkotori bahkan terlepas
jika tidak menjaganya dengan penuh kehati hatian.
Kini ia sedang
berjihad.
Mari kita doakan agar
ia memperoleh kemenangan dan husnul khotimah.
(Dharmadjaya, 23 Mei
2021)
KeMahaanNya
Pernahkah kau temanku berenang disamudera keMahaanNya.
Ternyata aku hanya mampu berenang ditepian karena samudera itu maha luas
dan teramat dalam, aku takut tersesat dan tenggelam.
Kutatap bumi dan maha karyaNya.
Kucoba pandangi sekali lagi dan lagi langit dan isinya.
Tak bercacat, aku terkapar lelah dipesisir akalku.
Hanya iman yang mampu menatap takjub akan keesaan dan seluruh atribut
keMahaanNya.
(Dharmadjaya, 23 Mei 2021)
Kepedulian dan Kepentingan
Disaat tak seekorpun
burung berkenan menampakkan wajahnya, mungkin... kitapun dengan enteng berujar,
ada urusan apa aku denganmu.
Namun diketika
setetespun air tak sudi lagi mendekat bahkan bersembunyi ditempat yang tak
mungkin dikenali.
Bagaimana pendapatmu
temanku.
Yakin...
Apapun kan
dipertaruhkan.
Teramat sering kita
hanya memandang indah kepentingan tanpa mau melihat sedikit tanda kebesaranNya.
Sebagai sebuah
kepedulian tuk membesarkan keagunganNya.
(Dharmadjaya, 24 Mei
2021)
Pemilik Syafaat
Duhai Nabi pemilik hak syafaat dari Allah, yang berkedudukan tinggi
disisiNya, shalawat dan salam atasmu.
Kau hantar kami pada kecerdasan tauhid bagi yang berkenan hingga
frekuensi kedekatan akan terhubung langsung denganNya juga lewat nur ilahi yang
ada padamu.
Sungguh... kematian dan akhirat tidak butuh harta dunia dan gelar
keakuan namun butuh syafaatmu. Shalawat untukmu ya Rasulullah.
Ya Allah ajari dan pahamkanlah kami agar mampu mengkosongkan dan
memfanakan diri serta mentakterhinggakan Kau dengan kemutlakan baqaMu.
Hingga kami jadi orang pilihan dan hingga kau pertemukan kami dengan
yang dicintai, pemilik hak syafaat dariMu.
Semua itupun hanya karenaMu ya Allah.
(Dharmadjaya, 26 Mei 2021)
AsmaMu
Ketika hati amat resah
mencari sandaran yang tak rapuh.
Kubolak balik lembaran
yang nampak lusuh termakan waktu namun tak pernah usang.
Akupun terlarut dan
hanyut. Ternyata aku amat butuh Maha Penyembuh ketika sakit, akupun butuh
pelukan sayang dari Yang Maha Penyayang.
Ternyata NamaMu Yang
Agung lebih dari ribuan yang dapat kami jadikan sandaran kokohnya hati.
Maafkanlah seluruh
kesalahan kami, wahai Zat Yang Maha Pemaaf.
Kujenguk pula ihsan
yang menanamkan paham, amal yang pasti Kau lihat.
Kau yang tak pernah
lelah mengurus makhlukMu.
Engkau yang tak pernah
tidur dan mengantuk.
Sungguh... Engkau tak
akan ditanya dengan apa yang Kau perbuat namun kamilah yang akan Kau hisab.
(Dharmadjaya, 28 Mei
2021)
Tafakur
Ada sebuah kedekatan denganNya yang melambai mengajak. Bukanlah ianya
seperti mengejar mimpi.
Bukan mengapa caranya harus merangkak atau berlari.
Bukan pula tentang kecepatan atau akselerasi
Namun melompat jauh melampaui kuantum atau membalik cepat cara lailatul
qadar dengan kemuliannya.
Waktu tak ingin sedikitpun kompromi dengan diam meski sesaat.
Lambaian itupun akhirnya menunjuk pada pohon tafakur yang berbuah.
Buah dari manisnya ketakterhinggaan akan keMahaanNya adalah ia yang
membenamkan keakuan dan bersandar tulus hanya padaNya.
(Dharmadjaya, 28 Mei 2021)
Pikir dan Zikir
Tanpa harus membatasi
pengertian melalui jembatan definisi agar logika panas terbakar menjadi abu
diterbangkan angin.
Dari pusat akal yang
penuh rincian ingatan, teratur dan tersusun atas kepentingan mengalirlah deras
arus ke pusat kemauan yang memerintahkan otot dan kelenjar untuk melahirkan
gerak dalam upaya membebaskan pemikiran dari belenggu taqlid buta.
Nurani dan intuisipun
akhirnya ikut berzikir yang mampu menghipnotis wara untuk meraih maqam siddiqin
dan ikhlas mencapai arifin.
(Dharmadjaya, 29 Mei
2021)
Jiwa Tenang
Rongga jiwa itu hanya satu tidaklah dua apalagi tiga. Biarkanlah jiwa
tenang itu berenang dikolam hati suci untuk mencapai langit ketujuh akal sehat.
Jangan biarkan ia tersesat dibelantara gelap tanpa arah hingga lalai dan
tak peduli lagi arah kembali.
Jangan rendahkan kehormatan kehambaan agar kita diberikan tiket
terbaik
pada penerbangan ke destinasi akhirat.
Agar kemulian sir roh mampu memandangNya.
(Dharmadjaya, 2 Juni 2021)
Pendirian
Terkadang... ketakutan
ada melintas mengusik tentang mengabadikan sebuah nama yang bergelar pendirian
pada hati.
Tatkala pendirian
dihadapkan bujuk rayu mengatasnamakan argumen analisa entah nama lain... jangan
egois.
Pendirian bukan soal
keakuan yang harus selalu menang karena merasa lebih.
Tak harus sekokoh batu
karang.
Ia juga lembut... hanya
butuh atas nama pasrah pada Pencipta diriNya.
Agar pedih peri
penyesalan tak mendera pasrah tak berdasar karena lapuknya usia.
(Dharmadjaya, 3 Juni
2021)
Penjajahan Mental
Tatkala dunia yang luas ini terasa sempit oleh pesatnya informasi tak
terbendung.
Apakah juga akan terlahir generasi yang esensi dari eksistensi diri
mereka sendiri menghilang ditelan raksasa.
Bukan sekedar penjajahan ekonomi namun racun mental mematikan yang
disuguhkannya.
Berharaplah segera terlahir orang
hebat
yang dengan kilatan belatinya mampu membawa generasi itu keluar dari
penjajahan mental.
(Dharmadjaya, 3 Juni 2021)
Alampun Berzikir
Ketersesatan berpikir
tentang angin yang sering bertiup teramat pelan ditengah malam sebagai pertanda
kemalasannya adalah hakikat tak beretika dan menghancurkan nilai estetika makna
terkandung.
Demikian api air serta
tanah dan kandungannya sedang melaksanakan tugas tanpa membantah.
Hanya kita... lah yang
sesungguhnya teramat sering malas membantah dan berbuat salah, sering lupa
mengingatNya.
Demikian alam semesta
dan isinya berzikir mengagungkanNya.
Bahasa zikir mereka
indah agung mesra hanya kita tak mengerti caranya.
(Dharmadjaya, 4 Juni
2021)
Haqqul Yakin
Semut hitam sahabat lamaku bertanya.
Dimana batas alam semesta ataukah tak berbatas. Akupun tersenyum dan
kukatakan jika ia sebagai makhluk maka tentu berbatas.
Hanya jika kita yang mengukur lewat empiris penginderaan dan ilmu
pengetahuan dan teknologi tentunya akal tak mampu mencapai batasnya.
Kita hanya berada ditepian haqqul yakin karena yang terbatas tak mungkin
mencapai af'al yang tak terbatas kecuali akalmu akan terbakar.
Sebagaimana hakikat ilmu.
Diapun tersenyum manis.
Lanjutku...
Namun jika hal iman yang wajib dipercayai maka tenggelamkan dirimu
sepenuhnya tanpa setitik keraguan lewat dalil aqli dan naqli.
Nikmat dan musibah termasuk jembatan haqqul yakin.
Maksudmu kata semut hitam.
Itu sekarang tugasmu.
Iapun tertawa lepas diiringi senyum manisku.
(Dharmadjaya, 4 Juni 2021)
Melangitlah
Semut hitam sahabatku
datang dan bertanya lagi.
Bukankah bilangan itu
tak pernah berakhir jika kita sebut suatu bilangan maka ketika kita tambahkan
berarti bilangan tersebut bukanlah yang terakhir sebagai batas.
Demikian seterusnya.
Akupun tersenyum
padanya.
Bilangan hanyalah
sebuah konsep yang mewakili pengukuran.
Jika bintang dilangit
diukur jumlahnya maka pasti berbatas karena jika Tuhan menciptakan satu saja
lagi bintang maka jumlah bintang yang sebelumnya adalah batasan dari
keterbatasan.
Iapun tersenyum manis.
Lanjutku...
Pikiran kita terlalu
sering dibatasi.
Jika kita berdua
membentangkan tali dibumi dari timur dengan arah berlawanan sampai bertemu di
barat maka bentuknya akan berupa lingkaran.
Hanya kita yang tak
mampu membayangkannya ketika posisi kita dibumi maka melangitlah jiwa dan
pikiranmu agar tubuhmu mau bersujud dibumiNya.
Adakah tugasku hari ini
katanya.
Tak ada kataku.
Iapun tertawa lepas
seiring senyum manisku.
(Dharmadjaya, 4 Juni
2021)
Bepergian yang Teramat Jauh
Hidup tak ada yang sempurna dan kekal,
rembulanpun tahu itu.
Diketika keharusan bepergian yang teramat jauh adalah sebuah
keniscayaan, bagai benang merah tipis rapuh putus dimana dan
kapanpun jua.
Ketakutan rasa takut...
meninggalkan istana megah kendaraan mewah, perniagaan dan kesenangan,
tentu bukanlah tentang itu.
Takut berpisah orang orang terdekat hanya sebuah alasan yang tak
beralasan karena bukan hak kita yang merasa paling mampu menjaga dan
memeliharanya.
Merasa tipisnya kualitas isi rekening akhirat itu yang memungkinkan
paling beralasan kita takut pergi menemuiNya.
(Dharmadjaya, 10 Juni 2021)
Konsekuensi
Tak pernah diri pesan
meminta bahkan menyogok akan kehadirannya di dunia.
Namun terlalu sering
diri lalai akan arti kehadiran itu.
Jiwa berontak tak ingin
ada derita dan batas dari kehadirannya, ingin hidup berlama-lama.
Namun... tak siap
menerima konsekuensi semakin rapuhnya tulang dan lemahnya akal.
Ingin memiliki
kehadiran sepenuhnya dan hadir perkasa adalah sebuah ketidakmungkinan.
(Dharmadjaya, 10 Juni
2021)
Pasrah
Kuyakin sangat bahwasanya itu bukanlah dirimu yang sesungguhnya.
Yang hanya dengan masalah kecil tlah mampu menenggelamkanmu kedasar
samudera terdalam dan gelap.
Bagaimana mungkin hanya untuk menelan sebutir pil pahit harus
menghabiskan tiga tong air.
Sungguh luar biasa caramu menyikapi.
Kedewasaan bukan masalah usia, namun siapa yang lebih mampu menyikapi.
Pasrah bukan berarti lemah.
Setelah segenap usaha, dan doa dipanjatkan belum berbuah manis maka
giliran pasrah untuk mengambil alih adalah sikap termanis.
(Dharmadjaya, 11 Juni 2021)
Melepas Ikatan
Lihatlah... insting itu
mencoba berlari-larian mengejar imajinasi dipesisir intuisi mencari kerangnya
ilham tuk melepaskan diri dari godaan dan ikatan dunia fana.
Menghantam angkuhnya
keakuan materialisme dan liberalisme dengan duduk sejenak berteman yakin
dipelataran tajarrud tuk memahami rasionalitas nilai dan tujuan mana yang lebih
berakal antara memilih kekal tinggal disekedar rumah dari batu bata ataukah
sementara tinggal diistana dari emas permata.
Agar...
Kuat memegang panji
komitmen dikawal pedang kemurnian dan totalitas.
(Dharmadjaya, 11 Juni
2021)
Talak Tiga
Disaat hisapan rokok kesayanganku mengepulkan pertanda cinta yang
mengikat erat, entah pada stadium berapa.
Tanpa kusadari capung kecil manis sahabatku tlah ada disampingku dengan
senyum kecilnya.
Perlahan ia mengajukan sapa, masihkah hisapanmu itu mendominasi rasa
hegemonimu.
Seberapa besar sudah kulihat usaha dan kemauanmu untuk berpisah namun
tak kunjung tiba.
Lalu... pintaku.
Bukan saja kau telah perlahan merusak tubuh yang seharusnya kau jaga dan
syukuri keberadaannya.
Namun harga rupiah yang kau sia-siakan yang mungkin lebih bermanfaat
untukmu atau orang lain. Meski terlihat sedikit namun seberat zarahpun ada
nilainya.
Kau harus berani mengucapkan talak padanya.
Talak berapa ujarku, apakah talak tiga cukup karena kemungkinan kembali
tetap ada.
Itu sekarang tugasmu sahut sahabatku.
Akupun tertawa kecil didampingi senyum indahnya.
(Dharmadjaya, 13 Juni 2021)
Tersesat
Jangan biarkan diri
dilenakan ilmu berlimpah jika hanya membuat tersesat dilabirinnya hati.
Mensortir dengan
memilih memilah adalah menjadi betapa penting.
Sepenting mengertinya
kita.
Mengapa betapa...
tertusuk duri dan tersayat sembilu lebih nyeri, perih pedih daripada sekedar
paku dan belati.
Lebih robeknya harga
diri jika dihina daripada sekedar dihardik.
Menjadi bijak memang
tidak mudah namun pembiaran pada ketidakbijakan ialah ia yang terjebak diujung
jalan tanpa ada jalan lagi.
(Dharmadjaya, 13 Juni
2021)
Kesetiaan
Dialah yang Esa.
Yang keAgunganNya tak goyah terpengaruh sedikitpun oleh baik buruknya
kita.
Telah Mulia Dia dengan sendirinya.
Dialah Panglima Tertinggi Yang Maha Gagah Terhormat.
Tentaranya meliputi langit bumi...
virus, angin, meteor hingga malaikat akan dengan mudah menyudahi
kesombongan kapan dan dimanapun.
Jadilah prajurit terlatihNya yang tetap setia apapun realitas tersaji
dihadapan.
Jangan pernah pasrahkan kesetiaan, sebagaimana seseorang telah
memasrahkan kendaraan dan rumahnya pada kunci.
(Dharmadjaya, 14 Juni 2021)
Malu
Dulu ia yang berburuk
sangka pada Tuhannya karena cobaan dan ujian datang silih berganti, kini ia
menutup aurat, malu padaNya untuk berlari dari kenyataan meski terasa pahit.
Hidup terus saja
berjalan tak mau menungggu mimpi jadi kenyataan.
Kini ia selalu
melangkah kuat diiringi senyum dengan sebuah inspirasi agar langkah hanya bersandar
padaNya.
Bukan karena merasa
kuat, tapi karena yakin Dia Yang Maha Kuat selalu bersama dengan langkahnya.
(Dharmadjaya, 15 Juni
2021)
Langkah
Capung kecil sahabat tercantikku tiba-tiba datang mengejutkanku dari
ketermenungan.
Sedang apa katanya ramah.
Hidup ini tak mau menunggumu hanya karena berjuta alasan yang kau
ajukan.
Tak peduli bagaimanapun kerasnya pukulan derita gelombang perasaanmu.
Lalu ujarku...
Ubahlah caramu mengayunkan langkah.
Karena...
Dirimu terbentuk dari apa yang kau pikirkan rasakan dan yakini.
Perlahan ia berlalu meninggalkanku dengan ciri khas senyum manisnya
(Dharmadjaya, 15 Juni 2021)
Pejuang Sejati
Diketika kemampuan
logika berada dipuncak putus asa, jangan ragu untuk segera belajar menapaki
gunung kecerdasan mengatasi kesulitan.
Mendakilah perlahan.
Jika lelah... bolehlah
sebentar saja berkemah.
Lanjutkan...
Lanjutkan terus
perjuanganmu hingga mampu tuk tak merasa lagi tubuh terluka, lelah tak
terhiraukan.
Percayalah sebentar
lagi kau kan berada dipuncak.
Paling tidak saat ini
kau telah mendekati puncak.
Dan...
Ternyata kini dirimu
sudah berubah menjadi pejuang sejati.
(Dharmadjaya, 15 Juni
2021)
Hanya Kau Inginku
Saat ia memandang kemahasempurnaanNya pada ciptaan tanpa cacat membuat
ia teramat suka.
Sangat suka pada bukti keesaanNya.
Membuat hatinya tergetar berujar...
Hanya Kau inginku meski langkah masih sering tertatih.
Mengapa tidak.
Bukan sekedar wanginya bicara.
Tuhanku, ajari aku cinta.
Cinta berselimut sabar syukur.
Cinta yang memperpanjang umur dan berkah.
(Dharmadaya, 20 Juni 2021)
Nampak Lebih Manis
Kulihat dirimu yang
dulu sangat berbeda dengan sekarang.
Kau sering ketimur lalu
kebarat tuk menemuiNya.
Bukan hanya saat
dipasar, dipekerjaanpun kau nampak asyik berbincang denganNya.
Wajahmu kini nampak
lebih manis.
Ada apa denganmu sahabat.
Perlahan iapun berbisik
pelan.
Aku takut disaat
bertemu Tuhanku, baru merintih memohon tuk kembali...
hanya untuk berbuat.
Jangan biarkan dirimu
hanya...
“iman dalam diam”.
(Dharmadjaya, 22 Juni
2021)
Berlayar
Perlahanlah berjalan wahai waktu.
Agar ruang tak terasa sempit.
Bukanlah engkau kutuduh penyebab dari akibat malasnya diri.
Aku hanya ingin sebentar bermanja dari penatnya perjalanan.
Akupun tidak sedang membandingkan kalian berdua.
Waktu dan ruang adalah bagiku bukan sekedar pendahuluan namun juga isi
dan kesimpulan.
Sebab...
kemanapun tujuanku berlayar.
Kalian akan menyertai...
dipelabuhan mana dan kapan aku tiba.
(Dharmadjaya, 22 Juni 2021)
Kesadaran
Kesadaran diri pada kemerdekaan
visi adalah ia yang mencoba meraih puncak makna pada tujuan hidup.
Hingga pada menafsirkan
dunia.
Untuk apa perhatian dan
penghargaan jika diri belum mampu menghargai dirinya sebagai pribadi merdeka
Kemampuan untuk
menolong diri, yang bukan pada kepribadian ganda yang menyembunyikan identitas
dibalik topeng cantik.
Hijrah jihad hingga
pembebasan... untuk menanamkan bahwa setiap langkah harus memiliki makna dan
ibadah.
(Dharmadjaya, 23 Juni
2021)
Inggih ya Allah
Ketika angin, ikhlas taat bertiup kencang tuk menumbangkan pohon pada
keridhaan ketentuanNya maka merekapun berujar...
inggih ya Allah.
Pujian, perhatian bahkan penghormatan tak mampu mencemarkan mengotori
angin.
Dan...
Silahkan engkau pergi menjauh duhai rasa tidak nyaman dari hati ujar
pohon.
Dalam zikir mereka selalu berujar...
Inggih ya Allah.
(Dharmadjaya, 23 Juni 2021)
Badut Dunia
Capung sahabat kecil manisku
berbisik.
Ujian terberat adalah
lulus dari rasa takut hinaan yang menenggelamkan dan suka pujian tersombong.
Hingga takut telan
sekedar pahitnya pil kecil hinaan dan terlalu berharap manisnya minuman sebutan
diri.
Kau terlalu sering
sibuk sebut-sebut dunia.
Masih mahalnya harga
dunia dalam pandangan sebabkan diri terlalu memikirkan oleh apa yang dikatakan
badut dunia.
Lelahkan saja dirimu
pada jihad pembebasan diri.
Sebab...
sungguh ia hanyalah
badut dunia.
(Dharmadjaya, 27 Juni
2021)
Obat Keabadian
Adalah ia yang meletakan hanya dan hanya cukup Allah, cintanya.
Cinta yang lain adalah sekedar sebab dan sebab taat padaNya.
Alangkah indah dan cantiknya jika tak terjebak tuk menjadikan Allah
hanya sekedar Rabb namun...
juga ilah.
Hanya Dia yang patut disembah dan pantas tempat mengabdi.
Mengapa tidak mempersembahkan senyum, tawa dan tangis hanya untuk Allah.
Jadikanlah cinta yang dapat merebut hati sepenuhnya.
Cinta yang mampu membimbing taat.
Taat yg dikawal ketat latihan.
Latihan taat selalu pada iman dan taqwa.
(Dharmadjaya, 14 Juli 2021)
Tiada Daya
Pergilah berkelana
sebentar saja bersama angin dingin agar dapat merasakan dinginnya.
Lalu...
Menuju matahari agar
dapat berujar tentang rasanya panas.
Diperjalanan kembalimu
dari matahari akan kau pahami berapa besaran harga dunia.
Yang terlalu sedikit
tuk membeli ridhoNya dan menebus siksaNya.
Dunia bagai gelas
berisi minuman yang...
terasa sangat manis
namun rawan tumpah dan jatuh pecah tak bernilai.
Merdekakanlah diri dari
rasa memiliki dan tanamlah rasa selalu butuh Dia.
(Dharmadjaya, 15 Juli
2021)
Mengukir Rasa
Adakah universitas sabar dan syukur agar aku mampu mengukir rasa
berkepanjangan.
Sebab dibutuhkan akan sangat tuk tenggelam kedasar pengalaman diatas
pengalaman akan apakah itu rasa.
Bagai cinta yang tak terbantahkan diatas melebihi akan pengertian dan
pemahaman.
Penuh akan rasa.
Semut hitam sahabatku terbang dengan tiga sayap hayalan.
Mengajakku...
tak inginkah kau ikut bercakap cakap sebentar dengan matahari.
Agar kau paham...
bagaimana melibatkan keterlibatan akan kesungguhsungguhan agar
ketidakpastian tak menggigit, melukai rasa...
kegelisahan melanda.
Itu tentang rasa.
Mengapa kau tak mencoba mengalirkan bahasa makna saja. Hingga tak
terjebak berjuta tafsir.
(Dharmadjaya, 27 Juli 2021)
Jalan Mana
Data dan informasi
berkejaran cepat dengan waktu hingga proses dan evaluasi menuduh keras tindak
lanjut tak konsekuen akan keputusan.
Menangislah ia.
Bukan karena merasa tak
tangguh.
Kesadarannya
mengatakan...
mana mungkin menemukan
jalan kebenaran jika hanya berteman diam.
Sedang keputusan harus
selalu hadir cepat disetiap saat dan keadaan.
Mengembaralah ia kini
pada jalan asbab dan konteks keilmuan agar dapat merasakan hakikat makna sejati
meski dihadapkan berkeping keping pengertian.
(Dharmadjaya, 28 Juli
2021)
Berdamai dengan Allah
Teramat sering kita membantah... hanya karena tlah merasa cukup.
Hari ini aku menemui sahabatku capung kecil digubuk reyotnya.
Tubuhnya tlah lemah tak berdaya.
Bagaimana sakit yang kau rasakan ujarku.
Tubuh ini teramat sakit hingga kesendi terdalam.
Maukah kau kuobati ujarku lagi.
Biarkan saja dulu.
Aku terlampau sering membantahNya karena selama ini merasa cukup.
Biar kini sakit yang teramat sakit menjalari tubuhku.
Namun...
kini aku merasa nyaman.
Aku sudah berdamai denganNya.
(Dharmadjaya, 30 Juli 2021)
Makhluk Asing
Sungguh...
kulihat ia tak selalu
hadir ditempat terdepan peribadatan.
Namun ia benar-benar
merdeka atas keberpihakan pada duniawi.
Karena ia nampak
berparas raja atas hati dan pikirannya.
Mampu membaca mengolah
menyikapi masalah dan membijaksanai keresahan.
Menguasai mengendalikan
egonya yang selalu cenderung mengambil jalan pintas.
Dengan... memperhatikan
manajemen Allah atas alam dan dirinya.
(Dharmadjaya, 31 Juli
2021)
Samudra Hangat
Semut kecil sahabat baikku menggodaku.
Ada apa dengan handuk basahmu itu.
Apakah kau barusan berenang di samudra hangat JamalNya.
Akupun tersenyum kecil.
Kenapa memangnya ujarku.
Ujarnya...
sering-seringlah berenang di samudra hangat jamalNya tanpa takut
tenggelam.
Berhentilah sejenak mengembara di pengembaraan intelektual.
Khawatir...
yang kau raih hanyalah kecerdasan artifisial hingga tak sadar kau
terjebak terpenjara pada entitas ilmiah semata.
Tanpa mengenali Dia, perbendaharaan yang tersembunyi.
(Dharmadjaya, 01 Agustus 2021)
Ruang RinduNya
Tak ada yang tak rapuh
didunia ini.
Jangan berkata bodo amat
atau emang gue pikirin tentang itu.
Karena saat ini masih
merasa sakti.
Pintar dan mungkin
sedikit tangguh.
Belajarlah bijak.
Dengan mata hati kau
akan mampu melihat, mendengar berjuta kali lebih baik dan tajam daripada indera
lahir.
Paculah sisa waktu yang
tersisa pada ruang rinduNya.
Lupakan masa lalu yang
terbuang, entah percuma.
(Dharmadjaya, 05
Agustus 2021)
Bunga Dunia
Jangan pernah menyalahkan bunga bunga kehidupan yang menarik dan menawan
hati.
Dibawah panji akreditasi keterhomatan yang mulia, pecahkanlah karang
ketertarikan yang mengatasnamakan... tergoda, tak berdaya.
Jangan pula menyalahkan kehendakNya yang memang kuasa mutlak mampu
menenggelamkan keinginan sebab... kehendak didiri yang dititipkanNya itulah
yang akan dihisab dibatas kemampuan.
Tak setiap yang diingini harus dipenuhi meski kertertarikan keinginan
itu teramat besar.
Jikapun terjerembab segeralah bangkit, mungkin...
lupa menimbang atau saat menimbang tak menghadirkan hati.
Belajarlah terus berjalan tegap dengan segenap perangkat akhirat.
(Dharmadjaya, 15 Agustus 2021)
Manja
Adalah ia...
bekas kehidupan yang
kini menari nari dipusaran rimba gelap sunyi.
Bahkan kicauan
burungpun seakan tak terdengar.
Janganlah berjalan
diketerlaluan...
memanjakan kesedihan
dan masalah.
Agar tak...
mengabadikan
kontaminasi ketercemaran ruang privasi bersamaNya
Pembiaran adalah gen
yang bermutasi berbalik arah, menentang arah kearah lain.
Yakinlah...
ruang waktu dan sebab
akibatpun makhluk yang tunduk padaNya.
Biarlah kesedihan dan
masalah berlalu mudah, sebagaimana mudahnya memahami Isra Mi'raj.
(Dharmadjaya, 21
Agustus 2021)
Perjuangan
Buat apa diri hanya tersandera diperbatasan pengertian dan merasa cukup
bernaung berteduh diketertinggalan.
Bukankah tarikat ilmu amatlah luas...
yang akan mengantar ke dermaga hakikat.
Agar didapatkan limpahan surplus kebenaran.
Bersegeralah memasuki kawasan latihan dan perjuangan yang tak kenal
sebutan lelah.
Dan...
perlahan tersingkaplah tirai hakikat af'al menujuNya tanpa lagi adanya
sedikitpun sentuhan analisa.
(Dharmadjaya, 25 Agustus 2021)
Dinding
Disaat semut hitam
sahabat kecilku tersenyum manis padaku, kutanyakan padanya tentang ilmu pemagar
diri, melipat bumi dan waktu serta membelah diri.
Untuk apa ujarnya,
sambil menatap tajam kerelung hatiku.
Akupun tersipu malu.
Lanjutnya...
jika itu hanya menjadi
pagar kokoh dinding penghalang menyaksikan kemahaanNya.
Lebih baik engkau pergi
menjauh dariku saat ini juga sejauh jauhnya dan jangan pernah menemuiku lagi
meski dalam mimpi.
(Dharmadjaya, 25
Agustus 2021)
Bunga Musim Semi
BersamaMu...
ditaman indah itu...
bergurau tentang hina dan fakirnya aku dihadapanMu.
Demikian akhir bait puisi yang terdengar olehku dari semut hitam sahabat
manisku.
Dikejutkan kedatanganku yang tiba-tiba dengan seuntai senyum, iapun
berujar...
Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan.
Aku tidak sedang mabuk ujarnya.
Aku tak sedang mengada ada...
selama ini aku hanya menyebut namaNya, namun kerinduan bersamaNya
menyesakan dada ini.
Akupun hanya kembali tersenyum, dibalas pesta senyum hening beribu bunga
musim semi olehnya.
(Dharmadjaya, 29 Agustus 2021)
Prahara Gurun Sahara
Jika jalur menjadi sangat gelap dan sulit melihat jalan, jangan biarkan diri
terbaring dalam diam.
Perjuangkan takdirmu.
Dan...
Bersandarlah hanya pada Dia yang sangat nampak pada tiap sesuatu namun
tak terkurung oleh sesuatu itu.
Pada Dia Yang Maha Berkata-kata sangat mustahil bisu.
Tak takutkah ruang hati menjadi semakin gelap tak berpenghuni.
Yakinkanlah diri adalah “kaisar kehidupan” yang mampu menaklukan ribuan
tragedi prahara gurun sahara.
(Dharmadjaya, 01 September 2021)
Misteri Laut Karibia
Diperbatasan alam bawah sadar iapun mengucapkan salam permisi mohon ijin
menemukan permata indah yang tlah lama terpendam didasarnya.
Namun...
yang ditemukannya derita dikesunyian alam bawah sadar.
Superego menyarankan tuk bercerita mengisahkan..
mengadu merintihlah hanya padaNya namun dengan bermanja seorang hamba
tanpa mendikte.
Melalui...
shalat dan doa pelan dinikmati tuk meraih ridhaNya.
Berilah hamba sedikit cahaya keindahan supernova yang dapat menerangi
kegelapan misteri dasar laut karibia.
(Dharmadjaya, 05 September 2021)
Salju Puncak Himalaya
Doanya terdengar ditepi
ratapan lirih pada sebuah ketakutan yang sungguh tak beralasan...
takut tersedot
gravitasi lubang hitam supermasif inti galaksi terjauh.
Akibat..
mengejar puncak kenikmatan
dunia tak berbatas.
Kecuali terdampar pada
sebongkah kekecewaan.
Meski ia tahu menara
universitas jalanan tak pernah mengajarkan itu.
Bahkan kini...
ingin bersembunyi di
super kejauhan planck length semesta mikrokosmos.
Cukuplah berlindung
padaNya dan belajar menapaki jalan hening menuju puncak salju pegunungan
himalaya.
(Dharmadjaya, 10
September 2021)
Dikehambaan
Tak pantas... sebab...
tlah fana karena anugerah difanakanNya.
Lalu merasa tercelup menjadi tak bisa dibedakan denganNya.
Jangan...
mudah menolak menafikan was was itu...
makhluk tetap makhluk yang tak mungkin menuju satu saja kesempurnaan
sifat, asma dan af'alNya.
Ujar semut hitam sahabat cantikku berpesan.
Allah tetaplah Tuhan yang tak mungkin terkurung dimakhluk sefana apapun
yang tersandera ngantuk lelah dan rusak. Meski kecuali Dia berkehendak lain
tentang kau sanggup tak merasa lelah.
Namun tak dapat didikte oleh ingin makhluk.
Biarlah cukup menjadi hamba sejati yang tak membuatNya cemburu.
Cukup Dia yang sempurna Maha Berdiri Sendiri dan maha sempurna mengenali
diriNya dengan seluruh kemahaanNya.
(Dharmadjaya, 11 September 2021)
Penentu
Waktu begitu cepat
bergulir.
Meninggalkan jejak
jejak kecemasan dan ketakutan.
Diri tersandera.
Terjebak difobia
ketinggian ingin.
Bayangan gelap kondisi
sekitar... takut dipermalukan dan ancaman penilaian orang.
Jadilah saat ini yang
menentukan bukan yang ditentukan.
Oleh....
siapapun.
Atau...
paling tidak ada
kesepakatan.
(Dharmadjaya, 12
September 2021)
Maaf
Kini ia bagai setetes air yang mencoba memberi arti bagi hak setangkai
mawar.
Bahkan...
dengan sopannya kini, ia mencoba lembut memindahkan sebutir debu dari
sepatu mahalnya.
Sangat khawatir tuk menyakiti.
Bahkan lagi, ia yang terkini... ikut mencemaskan dan menyampaikan
permohonan maaf.
Tak mau dirinya sedetikpun jadi penghalang cahaya matahari menyinari
bumi dan makhluk terkandung karena kepentingan diri.
Maafkan.
Oh... maafkanlah.
(Dharmadjaya, 14 September 2021)
Pesta
Semeriah apapun pesta
digelar pasti kan berakhir.
Kenikmatan dan
kesenangan hanya bayangan semu.
Fatamorgana kebahagiaan
dari sebuah tarian ilusi tak bertepinya energi frekwensi vibrasi.
Bintang pengembara
sahabat baikku teman kehidupanku berujar...
Sebagai informavora
pelahap informasi seharusnya kau bangkitkan medan energi kebaikanmu atau kau
instal ulang saja...
isi jiwamu dengan
aplikasi kejernihan gelombang kesadaran akanNya.
(Dharmadjaya, 01
Oktober 2021)
Bunga Kebenaran
Disecarik kertas yang tlah lama lusuh ditelan debu perjalanan waktu,
masih mampu kubaca semerbak wanginya bunga kebenaran bukan tersesat dikepalsuan
misteri ingatan kenangan dejavu.
Sangat nyata menyaksikan hingga luluh dan berkata...
Tlah nampak nyata dipertontonkan hidayah itu pada diri dan alam, sejauh
mata dan hati mau memandang.
Bersyukurlah bagi yang berkenan menyambut menerimanya.
Jika jalan nampak terang berhentilah tuk lelah bergumul dengan hatimu
sendiri apalagi takut mendengarkan apa kata orang.
Lalu...
Kuceritakan tentang kapal yang lama karam hanya pada Tuhanku agar aku
terbebas lapang dan dikaruniai kapal pesiar baru olehNya
(Dharmadjaya, 09 Nopember 2021)
Kesatria Penuh Luka
Terlalu sering kita
terperosok kelubang lubang kesedihan dan menyalahkan orang lain bahkan... pada
diri sendiri, yang seharusnya mengawal dan bercakap indah mesra padanya.
Bekas perihnya sayatan
dan luka berdarah sayatan baru adalah rasa yang salah dalam pengertian memahami
asyik dan manisnya menapaki tanjakan terjal.
Kesatria tangguh terlahir
bukan karena kilatan tajam pedangnya namun keberaniannya terus melangkah dengan
penuh luka.
Jangan salahkan
pedangmu yang tak terhunus jika keberanianmu tak bersamaNya.
(Dharmadjaya, 16
Nopember 2021)
Asing Akan Diri
Teramat banyak ingin itu.
Bertumpuk tumpuk...
tinggi menjulang hingga khawatir dengan jumlah nafas tersisa.
Tak berhati hati pada ingin yang menjerumuskan.
Terancam dikebahagiaan semu.
Terperangkap oleh kecantikan wajah dunia.
Hingga...
Tenggelam di samudera kebingungan, diketakjelasan nilai dan tujuan
hidup.
Takkah cukup sudah...
tuk merasa lelah, bosan dan...
merasa asing akan diri sendiri.
(Dharmadjaya, 18 Nopember 2021)
Sebutir Debu Semesta
Hidup sebatas singgah.
Bagai sebutir debu
semesta yang terbawa angin kelana.
Dan menitipkan cinta
padanya.
Bagai tawanan hina rasa
malas.
Tak peduli tuk
bertanya, siapa yang menciptakan perut dan menjaminnya.
Pergi berlari
meninggalkan seakan tak lagi punya masa lalu.
Padahal...
gurunpun tak mampu
menyembunyikanNya darimu.
Tak terburu buru Dia
tuk menghakimi.
Tempat sandaran
terindah.
(Dharmadjaya, 20
Nopember 2021)
Rasa Tak Terbendung
Meronta dan berguling guling di pelataran rasa tak terbendung tanpa
verifikasi dan validasi, tanpa peduli kritis dan etisnya adalah menanam bibit tak
acuh akan proses dan prosedur.
Waktu tak pernah mau menunggu lama.
Namun esensi rasa, juga haruslah dirasakan hingga tak tertipu terhijab
ilmu dan amal yang terbatas.
Agar tak terlempar jauh tenggelam didasar rasa aku.
Kemudian... takluk, menjelma manusia tersembunyi sepi akhfiya.
(Dharmadjaya, 30 Nopember 2021)
Menjadi Lipatan Sejarah
Tuntutan dari sebuah
kewajiban, tanggung jawab dan harapan terkadang terasa berat membebani.
Masalah adalah seperti
jalan jalan sempit terjal, dimana kita hanya... masih belum mampu memahami dan
terlalu sulit tuk menerima kehadirannya.
Hati hati berdiri
diujung jurang karena hanya ingin tahu kedalamannya.
Karena terlalu yakin
akan kemampuan dan kemauan.
Pilihlah jalan tengah.
Agar semua terlihat
baik baik saja dan memang menjadi baik baik saja.
Agar mampu menghadapi
beribu ribu kisah yang akan dijalani.
Selamat tinggal barisan
masalah.
Biar... kini hanya
menjadi lipatan lipatan sejarah yang tersusun rapi dilemari kokoh.
(Dharmadjaya, 02
Desember 2021)
Kerakusan Dan Ketidakpastian
Sudah berapa kali kau mandi dan bersuci hari ini.
Sudah seberapa maksimal untuk tak mengotori hati dan pikiran.
Hidup adalah konsekwensi sangat logis agar tidak bermain main liar
ditengah toleransi.
Jadilah kuat dan terjaga.
Hingga... takut dan khawatir tak lagi terlintas.
Meski belati tajam dilehermu.
Was was hantu jin setan menakuti.
Sempit kehidupan menekan.
Hadirkan segera argumen... tanpa emosi dari spekulasi ilmiah liar,
pemikiran yang mengambang dan kreativitas penuh prustasi.
Pekikan cinta yang mengerang kesakitan terjebak medan ranjau kosmis
tanpa cahaya big bang.
Ditengah sahara kerakusan dan ketidakpastian.
Membungkus teka teki dalam lapisan misteri dari takdir yang kau coba
rancang sendiri bagai spiral spekulasi tanpa harapan.
(Dharmadjaya, 07 Desember 2021)
Tidak, kataku
Aku sedang belajar tuk
mengatakan tidak.
Tidak...
Tidak tidak tidak.
Pada siapapun.
Meski terasa sangat
berat.
Berlatih sangat keras.
Menghapus rasa tak enaklah,
takut, bahkan tersingkir.
Kecuali pada Tuhanku
pemilik kebaikan dan kebenaran.
Apalagi harus
menggadaikan kebaikan dan kebenaran hanya demi sekedar sekeping kenikmatan
dunia.
Juga...
Mengatakan tidak pada
inginku sendiri, meski ia meronta ronta, membujuk, memelas dengan berjuta
alasan menjebak, menjerumuskan.
(Dharmadjaya, 18
Desember 2021)
Rasa Tak Penting
Terdengar sayup sayup akar masalah dari buah bibir kehidupan luka batin.
Reputasi kehormatan dan pentingnya legitimasi diri hanya sebuah upaya
putus asa dalam kompensasi berlebih.
Membangun sketsa kemungkinan bukan penjelasan ekuivalensi sebab dan
konsekuensi.
Hanya ungkapan sensasional dan oportunistik.
Badai kebingungan dan kegetiran.
Terkungkung rasa tak penting, dibawah standar.
Bangunlah...
Tiap hari Dia menerbitkan matahari, tiap detik menghembuskan udara tuk
nafasmu.
Jika tidak...
Tidur sajalah, namun seindah tidurnya Ashabul Kahfi.
(Dharmadjaya, 21 Desember 2021)
Dipenghujung Tahun
Saat tak sengaja
kutatap langit, planet pengembara sahabatku tersenyum manis.
Ada apa ujarnya.
Ternyata teramat tinggi
juga ya langit.
Terbahak bahak ia
menertawakanku.
Teramat riskan dan
krusial hidupmu.
Kau tak peduli akal
mustafadmu memanggil yang menyaksikan jelas ilmu laduni.
Kau khianati niat dan
tujuan baik, padahal itulah yang menjadikan langkah menjadi indah.
Tinggi dan indahnya
langit bukan awan yang menutupi namun kesibukanmu yang tak pernah berujung
selesai hingga hampir permanen oleh atas capaian kepemilikan dunia sesaat dan
tak jelas.
Yang teramat jelas...
hanyalah sementara.
Akupun hanya tersenyum
sedingin salju dipenghujung tahun.
(Dharmadjaya, 31
Desember 2021)
Langkah Diawal Tahun
Semut hitam sahabatku membangunkanku terlalu pagi, menanyakan surat
pernyataan apakah sudah ditandatangani diatas materai.
Kenapa dihari awal tahun begini kau belum juga melangkah meski diawali
dengan hanya langkah kecil ujarnya.
Sambil tersenyum sangat malu akupun segera bangun menandatangani dan
menyerahkan seluruh rencana masa depan dan langkah kebijakan serta rincian
anggaran padanya.
Sebenarnya aku sangat malu seperti lelucon harus menyerahkan rencana perjalanan
hidupku bagai perusahaan raksasa, namun mungkin ada benarnya.
Akhirnya ia berkata... ekspektasimu amat realistis, profesional, cukup
ambisius dan selaras dengan tujuan.
Selamat berlayar menuju dermaga impian.
(Dharmadjaya, 01 Januari 2022)
Lari Terbirit-Birit
Terdengar sayup-sayup
entitas supranatural penuh spekulasi ranting kering patah bahwa telah berlalu
orang-orang terdahulu dengan cerita indah dan kepahitannya.
Tak setiap yang
terakhir dan berakhir itu menakutkan menyakitkan, boleh jadi begitu indah
mengawali sesuatu yang teramat indah.
Asalkan ...
Hak intelektual
kecerdasan dan kebijaksanaan tak tergadai hingga pengkarakterisasian yang
membatu hiperbola.
Logika yang dibolak
balik, diadu domba, dihasut dan terjebak sehingga dinding hati perlahan rapuh
terlena dibuai.
Lari terbirit-birit
dari perang.
(Dharmadjaya, 13
Januari 2022)
Meski Sebatas Niat
Keperluan dan keinginan, urusan dan kepentingan menjajal keras detik
demi detik, hari harimu.
Hingga tak sadar...
Wajahmu kusut pucat seakan belum dicuci disetrika.
Haruskah setiap kita mengerti cara mendaki gunung dan menuruni lembah.
Yakinlah...
Kekecewaan atas dunia adalah isyarat bahwa hanya Dia yang tak
mengecewakan.
Dan...
Berjuang adalah jalan kehambaan adapun ketentuan adalah hakNya.
Apabila... rasa syukur dan cinta itu kelak datang.
Apapun takkan pernah mampu menahan menghalangi.
Perlahan kau cuci sajalah wajahmu meski terlihat enggan.
Tak mengapa.
Meski hanya masih sekedar sebatas niat.
Berteduh dibawah lindunganNya
(Dharmadjaya, 15 Februari 2022)
Dikejar Sang Waktu
Alasanmu teramat lemah.
Kau yang dikejar sang
waktu. Lalu... memaksa diri berlayar disamudera ketidakpastian. Hingga...
dihadang gelombang tinggi, perkara rumit dari drama tak jelas penuh resiko
tenggelam.
Bahkan... nekat tanpa
mengenakan pelampung standar operasional prosedur.
Terjebak khayalan
tentang "seandainya aku"
Rajin, gigih, semangat
dan sabar adalah perhitungan.
Tak mengapa dan tidak
juga terlambat jika ingin kembali dan menyesali langkah.
Lalu memulai dari awal.
Daripada harus
membahayakan jiwa dan ragamu.
Jangan lepas apa yang
kau inginkan jika benar dan baik.
(Dharmadjaya, 18
Februari 2022)
Jejak Petualang Waktu
Terseret bilur bilur penyesalan kemarin dan terpenjara kekhawatiran esok
hanya akan sangat melukai lelah langkah perjuangan hari ini.
Yang lalu adalah instropeksi dan nanti adalah tentang kebijaksanaan,
mengawal jejak langkah sang petualang waktu.
Meski... hari ini tak harus ideal proporsional.
Bercanda dan bermain diekspresi perasaan yang salah bagai menghadirkan
cinta dan rezeki diketerpaksaan bukan datang menghampiri.
Rasa yang baik adalah keindahan dan rasa yang benar adalah tentang
kelembutan tak tergesa gesa.
Hingga jiwa mampu menerima dan menyesuaikan dengan Dia yang maha lembut.
(Dharmadjaya, 04 Maret 2022)
Terlihat Anggun
Selagi semasih jantung
berdetak meski pelan tetaplah hati tersenyum.
Agar...
selendang apapun yang
dikenakan tetap terlihat anggun.
Takkan pernah mampu
tubuh tetap kekar cantik dan sehat meski dibalut topeng berjuta kepalsuan.
Senyumlah tanpa
diiringi miskin makna dan penjelasan.
Hingga mampu melewati
berjuta rintangan dan membendung tetesan air mata.
(Dharmadjaya, 10 Maret
2022)
Hatipun Tersenyum
Sulit juga ya, memberikan definisi rindu cinta yang diterjemahkan dengan
kata secara benar tepat dan cerdas.
Aku sedang berjuang mencintaiNya kata capung pada semut hitam sahabat
kecilku.
Apa itu cinta dan berjuang. Adakah rindu itu seperti seorang anak lama
tak jumpa ayahnya.
Semutpun berpesan.
Jangan hanya kau pahami dengan hanya akal tapi juga hatimu agar jiwamu
mampu terbang tinggi tanpa terbakar matahari.
Hatikupun tersenyum dan segera berlalu takut diminta menjelaskan.
Seperti kemarin dulu tentang pasrah sepenuhnya atau sebagian ikhtiar
agar panen kebun tak terbakar penyesalan.
(Dharmadjaya, 22 Maret 2022)
Secawan Anggur
Pagi tadi burung pipit
tersenyum menyapaku. Siang ini matahari.
Entahlah malam nanti.
Adakah bintang atau
rembulan tersenyum padaku.
Jika tidak.
Aku yang akan
menyapanya terlebih dahulu dengan senyum manis khasku dan kutuangkan secawan
anggur cinta dari mata air hatiku.
Biarlah kita sedikit
menyediakan waktu untuk yang lain.
Tanpa egois berkata...
aku sibuk, tak punya waktu tuk menyapamu.
Waktu yang ada aja tak
cukup bagiku.
(Dharmadjaya, 23 Maret
2022)
Daftar Kerja
Kuperhatikan... daftar kerjamu hari ini menumpuk hingga tak sempat
berolahraga dan bermain.
Kemarin... daftar pustaka buku yang kau baca juga bertumpuk hingga tak
sempat menilai dan merasa.
Adakah itu hanya untuk pemuas kebutuhan, status sosial.
Ataukah ibadah.
Bekerjalah dengan cinta dan rasa.
Seakan akan sedang bermain dengan riang gembira.
lalu... pekerjaan itupun menjelma menjadi halal diiringi nikmat dan
dipenuhi keberkahan.
(Dharmadjaya, 24 Maret 2022)
Air mata
Temanku... temanku.
Ada ada aja, pertanyaanmu
malam ini.
Adakah sama rindu dan
air mata.
Sekarang begini... kau
saja yang mencoba sendiri, lalu teliti adakah sama air mata tertusuk duri tajam
dan duka yang mendalam.
Periksa bentuk
partikelnya dan coba cicipi rasanya.
Jika berbeda... nanti
beritahukan padaku.
Lalu aku mohon pamit
pulang sambil tertawa geli dihati hingga air mata mengalir tipis.
(Dharmadjaya, 24 Maret
2022)
Padamu Do'a
Selamat siang padamu do'a.
Rasa terdalam ingin meminta padaNya.
Namun... malu takut bagai pengemis, mengatur layaknya bos, menagih upah
seperti pekerja.
Padamu do'a kudekati. Namun... khawatir tak pandai bersyukur.
Duhai do'a... ajari aku tentang adab, waktu dan keutamaan agar tak
menyesakan dada.
(Dharmadjaya, 02 April 2022)
Tergerusnya Cinta
Hidup bukan hanya
perkara keberanian. Bukan sekedar tentang kegigihan mewujudkan mimpi menuju
sisi tepian bahagia.
Kaisar yg ingin merebut
kembali kekuasaan, berdarah darah. Jangan ganggu, kau kecoa badut.
Hingga... rasa yang
terdepresiasi tergerus dari cinta jadi sayang.
Tragedi tragisnya diri
tenggelam dikeakuan.
Tersesat dipengasingan.
Atau... memperjuangkan
kemerdekaan diri dari penjara dunia menuju kebebasan, kembali normal meraih
makna.
Lalu... eksis
bertanggungjawab.
Namun... perlahan
pulang dari logoterapinya psikoterapi menuju orientasi hanya RidhoNya.
(Dharmadjaya, 08 April
2022)
Misteri Hati
Tenggelam diperdebatan tak jelas, entah... perang antar galaksi, aliansi
antar peradabannya.
Hingga fisika kuantum yang meninabobokan nuklir ketercengangan fisika
klasik dan relativitas.
Lalu bertanya sedalam apakah misteri hati yang terdalam.
Teramat melelahkan.
Namun selayaknya mampu bersujud mengesakanNya.
Ditengah tawafnya sel darah merah menemani sel syaraf otak yang
menangis.
Jadi pemenang hanya dengan berjuang bertanding.
Dengan resiko terjatuh kalah.
Tuan berlari lari kecil.
Mengapa?
Aku sangat menyukuri sehatku.
Tuan tersenyum manis pula?
Aku melihatNya teramat baik.
Padahal tuan sedang terjatuh!
Dia sedang menguatkan sabarku sebelum kematian tiba tiba menjemput.
Adakah tuan... ikuti kata hati padaNya bukan ingin tuan. Jangan pernah
mau dipimpin rasa takut.
Ada apa?
(Dharmadjaya, 10 April 2022)
Gelombang Samuderamu
Meski bulan tlah
membuat gelombangmu tinggi dan teramat kuat namun menghindarlah dari perahu
layarku.
Sebagai waktu tempat
dan sebab akibat yang tersenyum manis menyapaku.
Aku tak pernah ingin
dan bermimpi tertidur didasarmu.
Kuingin tiba tepat
waktu ditempat yang mengajariku betapa dunia tak pernah membuatmu sempit
bernafas.
Bersahabatlah denganku.
Jangan pernah memandangku
kecil ditengah samuderamu.
Agar rembulan mau
mengisahkan indahnya persahabatan kami.
(Dharmadjaya, 11 April
2022)
Titah Raja
Ini semua tentang bagaimana... mengoperasikan iman agar tak lenyap dalam
euforia ekstasi transenden atau imanen mempesona tak jelas.
Murid kehidupan harus mau diatur wahyu.
Bijaksana mampu memetik hikmah dari tiap kejadian.
Menjadi amat sulit memahami makna dari sebuah tujuan.
Jika... ingin, rasa dan pikiran dibiarkan berenang liar dikegelapan.
Keinginan liar yang tak pernah puas memaksa.
Lalu... pikiran siaga tuk tak peduli lagi meski rasa itu sakit, haus
penuh luka karena patuh pada perintah hati.
Laksanakan titah raja tuk abaikan.
Maka jiwapun tersenyum manja.
(Dharmadjaya, 23 April 2022)
Berburu Ide
Mencoba berburu ide
buatan dan petualangan karena defisit argumen diri.
Berlari menjauh, jauh
diluar dimensi empat kedimensi hayalan.
Mencoba eksekusi atas analisis.
Membeli segelas kopi
susu ataukah sebuah ruang hampa.
Derap langkah kaki kuda
terdengar melaju mengejar target dan ambisi ditengah malam gelap sunyi dan
dikeramaian.
Diri kita terkadang
tlah merasa tak sanggup.
Namun... jika kita diperjalankan
maka tiba tiba kita sudah tiba ditujuan.
Sungguh... betapa tak
berdayanya setiap kita.
Kembali keawal
kedimensi nol.
(Dharmadjaya, 26 April
2022)
Tidur Yang Indah
Ribuan pertempuran tlah ia lalui.
Dan terus akan dilewati.
Namun senyumnya masih sangat sederhana.
Bahagianyapun masih teramat sederhana meski hanya berteman tengah malam
dengan secangkir kopi.
Aku yakin, ia tlah paham bahwa tak ada sebab yang memberi bekas.
Tak ingin ia berpikir tuk membedakan antara kemenangan dan kegagalan.
Hingga tidurnyapun teramat indah berselimut takdir.
(Dharmadjaya, 02 Mei 2022)
Tangguh Sekeras Yakinmu
Jika mampu menembus
ruang dan waktu hingga jauh melampaui kecepatan cahaya apakah itu hanya sebuah
imajinasi liar.
Hingga...
mampu menghadirkan doa
yang meniadakan sebab, tongkatpun jadi ular.
Jika hanya sekedar
sebatas mimpi dan harapan, selesaikan saja episode perjuanganmu.
Taklah etis lagi jika
peduli kata orang yang melemahkan.
Tangguhlah...
“Sekeras yakinmu” pada
pikiran dan perasaanmu sendiri padaNya.
(Dharmadjaya, 07 Mei
2022)
Terbaring Lemah
Dompet itu... terbaring sangat lemah, tak berdaya.
Sudah beberapa hari ini tak selembar rupiahpun yang berkenan...
menguatkan semangatnya.
Tak ingin ia berpura pura bahagia.
Sebab... berpura pura senang dan bahagiapun perlu tenaga dan pikiran.
Dulu... saat dompet itu penuh.
Terjerumus ia pada ketersesatan keinginan.
Perasaan ikut larut kealam bawah sadar yang salah dan pikiran tak peduli
akan literasi tentang diri, alam dan kehidupan.
Berhati hatilah... agar tak tertelan usia dan zaman.
(Dharmadjaya, 16 Mei 2022)
Kapal Kecil Kita
Lama ku...
kenal mu.
Hingga kau jua
pilihan... tempatku menambatkan hati.
Kini kita... memulai
berlayar bersama.
Bila gelombang besar
menghadang, itu hanyalah ujian.
Batu karang hanyalah
rintangan kecil bila kita selalu merasa cukup dan hanya Dia penolong dan
pelindung.
Aku tahu dimatamu ada
cintaku.
Dihatimu ada harum
tentangku.
Tetaplah gigih
mewujudkan impian tentang kita.
Kapal kecil kita tlah
berangkat.
Peganglah erat erat
tubuhku.
Agar... tak terlepas.
(Dharmadjaya, 24 Mei
2022)
Buat: Dr.
Muhammad Rahmattullah, M.Pd &
Rizky
Febriyani Putri, M.Pd
Dosen
FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Keberanian Baru
Sungguh teramat lemah.
Tak semua kebenaran terjangkau oleh akal.
Hingga... ketakmampuan menentukan mana yg harus dikejar diperjuangkan,
mana yg harus dijaga dipertahankan dan mana yg harus dilepas diikhlaskan.
Perasaanpun tak selalu dapat diatur dibujuk.
Meninggalkan... trauma masa lalu hingga kecemasan nomophobia.
Sungguh perlu hadirnya keberanian baru, kecerdasan tuk segera berubah.
(Dharmadjaya, 24 Mei 2022)
Istirahatlah
Sejenak acc
Aku punya kunci teramat kuat.
Tentu tak mudah patah dan berkarat.
Kunci masuk dari pintu mimpi ke alam nyata.
Aku punya jendela penuh ukiran tuk memandang
indahnya pesona alam.
Jika kamu ingin memilikinya, duduklah sebentar.
Lepas perlahan penatnya pikiran dari ia apapun itu
yang hari-hari menyita waktumu tuk hal yang tak jelas.
Akupun punya dinding besar penuh lukisan indah tuk
bersandar.
Dan atap yang kekar tuk bernaung.
Jika kamupun ingin memilikinya, istirahatlah
sejenak.
Perlahan lahan kau lepas rasa keakuanmu dari ingin
yang tak pernah puas dan berkesudahan.
Lalu... bersabarlah sedikit jika tak sanggup lama.
Semoga kau temukan Dia.
(Dharmadjaya, 07 Juni 2022)
Detak Jantungmu
Adakah kau dengar suara nyaring nyanyian jangkrik dan binatang lainnya
antara subuh dan menjelang pagi ini.
Atau suara langkah jarum jam didinding.
Atau lebih dekat lagi, detak jantungmu.
Aku tahu kau sangat sibuk mempersiapkan harimu mengejar target dan
ambisi.
Jangan marah.
Mempersiapkan hari-hari tuk menikmati kebahagiaan dari kisah kehidupan
tidaklah mudah.
Fakta kehidupan banyak memberi pelajaran indah namun kita sering tetap
terlena oleh pesonanya atau kecemasan tak beralasan.
Janganlah cepat marah dan tersinggung.
Mari kita dendangkan lagu terapi pikiran dan hati agar tak mudah lelah
dan tersesat.
(Dharmadjaya, 07 Juni 2022)
TENTANG
PENULIS
Lahir di Banjar
(Kal-Sel), 12 September 1964. Selesai S1 matematika ULM tahun 2000. Kesukaan
penulis akan seni juga tasauf, filsafat dan psikologi secara otodidak mandiri
melahirkan keinginan untuk berbagi. Terutama berbagai pesan yang mengingatkan,
motivasi yang mampu menguatkan kesadaran diri untuk melewati hari-hari.
Penulis
menyadari bahwa memulai tidaklah mudah namun tidak memulai tidak akan
memperoleh apa apa dan sangat yakin bahwa sesuatu itu meskipun kecil jika
bermakna tentu bernilai. Membaca buku ini lewat puisi modern dan kontemporer
yang tidak mengikat dapat mengantarkan pembaca pada kemerdekaan berpikir berpendapat
namun bertanggungjawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar