BUKU PUISI: JALAN KECIL MENUJU MATA AIR (DHARMADJAYA)

 

JALAN KECIL MENUJU MATA AIR

https://drive.google.com/file/d/100_UfH0PsXREbMXJLBhn3cIJenVguP_I/view?usp=sharing

 

 


 

JALAN KECIL MENUJU

MATA AIR

 

Dharmadjaya

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

Jalan Kecil Menuju Mata Air

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Penulis                   : I Gusti Bagus Dharmadjaya, S.Pd

Editor                     : Nia Septia Sari

Desain Cover         : William Bismahur

Layouter                 : Sri Wiliany

 

PENERBIT:

CV Banyubening Cipta Sejahtera

Alamat: Jl. Sapta Marga Blok E No. 38 RT 007 RW 003

Guntung Payung, Landasan Ulin, Banjarbaru 70721

E-mail: penerbit.bcs@gmail.com

 

Ukuran: viii + 85 hlm, 14.8 x 21 cm

Cetakan Pertama: Juli 2022

ISBN: 978-623-5774-58-9

Keanggotaan IKAPI: 006/KSL/2021


KATA PENGANTAR

Puisi terungkap dari realitas-realitas sekitar yang diwarnai dengan kata-kata indah. Puisi yang dituangkan dalam buku ini berisi kehidupan, keMahaan-Nya, kepedulian terhadap alam, jiwa diri, pasrah, mewakili rasa cinta, kesetiaan, talak tiga, dan perjuangan dunia. Kata-katanya terlarut menghambakan diri. Namun, terkadang beku dengan tersesat. Ciri khas yang lahir dalam puisi ini  menghadirkan lintasan perjuangan, haqqul yakin, dan sebuah konskuensi. Hal ini tampak selalu unik dalam kehadirannya.

Puisi, tidak berbatas dengan untaian kata yang diikat menjadi kalimat. Kata dipoles dengan petik dan tanda titik yang menjadi bait-bait terindah. Liriknya membariskan rasa, membuat frasa dan klausa serta memiliki gaya bahasa yang berbeda. Rima terurai di antara huruf-huruf kadang terletak di awal, di tengah, bahkan di akhir. Pilihan kata untuk menunjukkan keTuhanan sangat mendalam. Tipografi melebar yang ditampilkan dalam puisi menjadi menarik dihias dengan imaji-imaji visual disertai citraan. Batin seolah memburu yang dibumbui makna, rasa, nada, dan pesan.

Buku puisi ini hadir dikala kata-kata memekik, kalimat-kalimat gemuruh, bait-bait menepi bahkan sampai melangit. Rasa puitis tentu mengalunkan cinta, dilema, dan kepasrahan. Ketika membaca puisi  kita akan dikagetkan dengan kehadiran delapan puluh empat judul yang indah dari pengarang yang menelurkan karya untuk melambangkan keabadian.

 

Dr. Rusma Noortyani, M.Pd.

Dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat

PENDAHULUAN

Kita terkadang terjebak, terbelenggu oleh sesuatu yang tak jelas hingga menghambat kinerja. Kesadaran intelektual, emosional dan spiritual perlu terus dilatih dalam pengendalian diri hingga menjadi kebiasaan bahkan jadi karakter yang membumi, jua melangit. Kemampuan menentukan pilihan, sikap dan reaksi positif atas kemerdekaan diri menjadi sangat penting, merdeka atas keberpihakan pada duniawi semata dan mampu memandang Jalal dan JamalNya hingga menjadikan hanya Allah yang terkuat dan terbaik atas segalanya.

Semoga setiap kita mampu mengingatkan diri, memaknai setiap aktivitas agar memiliki kekuatan untuk bertahan hidup dan kebaikan bernilai dihadapanNya. Terima kasih buat keluarga besarku, semua yang memberikan dukungan dan semangat serta pembaca budiman. Selamat membaca, semoga buku ini bermanfaat dan Allah SWT selalu membimbing kita menuju mahabbahNya. Aamiin.

 

                                                                Martapura, 1 Juli 2022

                                                                1 Dzulhijjah 1443 H.

 

                                                                Dharmadjaya





Hidup... tentang Kesempatan dan Pilihan

Bukannya aku sedang mengingatkan, hanya menyampaikan.

Adakah sudah kita singkap makna dibalik tabir kehidupan.

Jika tidak, hilanglah kesempatan... percuma.

Waktu tak pernah berpihak pada siapapun, kecuali Dia berkehendak namun Dia terlampau Maha Adil.

Untuk kita bersembunyi dibalik...

atas nama kemalasan dan tak sempat

Kita berlari menjauh atau mendekat adalah pilihan.

Mendekatlah agar menjadi bijaksana yang mampu melampaui kebenaran dan kebaikan.

 

(Dharmadjaya, 21 Mei 2021)

 

 

 

 

 


Bebas Berbatas

Sudahkah kita membaca properti kehidupan.

Entah... secara akali ataupun laduni.

Semua berbatas.

Jangan meninggikan harapan diluar wilayah batas.

Hanya... karena merasa bersahabat dengan ambisi.

Jangan menanamkan harapan sementara kata kata dan perasaan terpenjara.

Terpenjara oleh kebebasan yang terbelenggu.

Meski hanya setitik keterlenaan.

Agar jiwa ikut bersujud dan bersyahadat.

 

(Dharmadjaya, 23 Mei 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Hidayah

Tercerahkan oleh cahaya murni dari sebuah kesejatian hakikat.

Dulu ia yang teramat berbahagia, dengan...

hancurnya kepercayaan karena rusaknya hati nurani yang digelayuti kepentingan dan keserakahan pengakuan.

Kini mengalir seuntai air mata bening membasahi pipi hangat merasuk jiwa.

Setelah kesadaran memberi pemahaman tentang hanya... wajahNya yang kekal.

Demikian erat hidayah digenggamnya kini, meski ia sadar hidayah sangat mudah terkotori bahkan terlepas jika tidak menjaganya dengan penuh kehati hatian.

Kini ia sedang berjihad.

Mari kita doakan agar ia memperoleh kemenangan dan husnul khotimah.

 

(Dharmadjaya, 23 Mei 2021)

 

 

 

 

 

 


KeMahaanNya

Pernahkah kau temanku berenang disamudera keMahaanNya.

Ternyata aku hanya mampu berenang ditepian karena samudera itu maha luas dan teramat dalam, aku takut tersesat dan tenggelam.

Kutatap bumi dan maha karyaNya.

Kucoba pandangi sekali lagi dan lagi langit dan isinya.

Tak bercacat, aku terkapar lelah dipesisir akalku.

Hanya iman yang mampu menatap takjub akan keesaan dan seluruh atribut keMahaanNya.

 

(Dharmadjaya, 23 Mei 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 


Kepedulian dan Kepentingan

Disaat tak seekorpun burung berkenan menampakkan wajahnya, mungkin... kitapun dengan enteng berujar, ada urusan apa aku denganmu.

Namun diketika setetespun air tak sudi lagi mendekat bahkan bersembunyi ditempat yang tak mungkin dikenali.

Bagaimana pendapatmu temanku.

Yakin...

Apapun kan dipertaruhkan.

Teramat sering kita hanya memandang indah kepentingan tanpa mau melihat sedikit tanda kebesaranNya.

Sebagai sebuah kepedulian tuk membesarkan keagunganNya.

 

(Dharmadjaya, 24 Mei 2021)

 

 

 

 

 

 

 

Pemilik Syafaat

Duhai Nabi pemilik hak syafaat dari Allah, yang berkedudukan tinggi disisiNya, shalawat dan salam atasmu.

Kau hantar kami pada kecerdasan tauhid bagi yang berkenan hingga frekuensi kedekatan akan terhubung langsung denganNya juga lewat nur ilahi yang ada padamu.

Sungguh... kematian dan akhirat tidak butuh harta dunia dan gelar keakuan namun butuh syafaatmu. Shalawat untukmu ya Rasulullah.

Ya Allah ajari dan pahamkanlah kami agar mampu mengkosongkan dan memfanakan diri serta mentakterhinggakan Kau dengan kemutlakan baqaMu.

Hingga kami jadi orang pilihan dan hingga kau pertemukan kami dengan yang dicintai, pemilik hak syafaat dariMu.

Semua itupun hanya karenaMu ya Allah.

 

(Dharmadjaya, 26 Mei 2021)

 

 

 

 

 


AsmaMu

Ketika hati amat resah mencari sandaran yang tak rapuh.

Kubolak balik lembaran yang nampak lusuh termakan waktu namun tak pernah usang.

Akupun terlarut dan hanyut. Ternyata aku amat butuh Maha Penyembuh ketika sakit, akupun butuh pelukan sayang dari Yang Maha Penyayang.

Ternyata NamaMu Yang Agung lebih dari ribuan yang dapat kami jadikan sandaran kokohnya hati.

Maafkanlah seluruh kesalahan kami, wahai Zat Yang Maha Pemaaf.

Kujenguk pula ihsan yang menanamkan paham, amal yang pasti Kau lihat.

Kau yang tak pernah lelah mengurus makhlukMu.

Engkau yang tak pernah tidur dan mengantuk.

Sungguh... Engkau tak akan ditanya dengan apa yang Kau perbuat namun kamilah yang akan Kau hisab.

 

(Dharmadjaya, 28 Mei 2021)

 

 

 

 

 


Tafakur

Ada sebuah kedekatan denganNya yang melambai mengajak. Bukanlah ianya seperti mengejar mimpi.

Bukan mengapa caranya harus merangkak atau berlari.

Bukan pula tentang kecepatan atau akselerasi

Namun melompat jauh melampaui kuantum atau membalik cepat cara lailatul qadar dengan kemuliannya.

Waktu tak ingin sedikitpun kompromi dengan diam meski sesaat.

Lambaian itupun akhirnya menunjuk pada pohon tafakur yang berbuah.

Buah dari manisnya ketakterhinggaan akan keMahaanNya adalah ia yang membenamkan keakuan dan bersandar tulus hanya padaNya.

 

(Dharmadjaya, 28 Mei 2021)

                                                         

 

 

 

 

 

 


Pikir dan Zikir

Tanpa harus membatasi pengertian melalui jembatan definisi agar logika panas terbakar menjadi abu diterbangkan angin.

Dari pusat akal yang penuh rincian ingatan, teratur dan tersusun atas kepentingan mengalirlah deras arus ke pusat kemauan yang memerintahkan otot dan kelenjar untuk melahirkan gerak dalam upaya membebaskan pemikiran dari belenggu taqlid buta.

Nurani dan intuisipun akhirnya ikut berzikir yang mampu menghipnotis wara untuk meraih maqam siddiqin dan ikhlas mencapai arifin.

 

(Dharmadjaya, 29 Mei 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 

Jiwa Tenang

Rongga jiwa itu hanya satu tidaklah dua apalagi tiga. Biarkanlah jiwa tenang itu berenang dikolam hati suci untuk mencapai langit ketujuh akal sehat.

Jangan biarkan ia tersesat dibelantara gelap tanpa arah hingga lalai dan tak peduli lagi arah kembali.

Jangan rendahkan kehormatan kehambaan agar kita diberikan tiket

terbaik

pada penerbangan ke destinasi akhirat.

Agar kemulian sir roh mampu memandangNya.

 

(Dharmadjaya, 2 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Pendirian

Terkadang... ketakutan ada melintas mengusik tentang mengabadikan sebuah nama yang bergelar pendirian pada hati.

Tatkala pendirian dihadapkan bujuk rayu mengatasnamakan argumen analisa entah nama lain... jangan egois.

Pendirian bukan soal keakuan yang harus selalu menang karena merasa lebih.

Tak harus sekokoh batu karang.

Ia juga lembut... hanya butuh atas nama pasrah pada Pencipta diriNya.

Agar pedih peri penyesalan tak mendera pasrah tak berdasar karena lapuknya usia.

 

(Dharmadjaya, 3 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 

 

Penjajahan Mental

Tatkala dunia yang luas ini terasa sempit oleh pesatnya informasi tak terbendung.

Apakah juga akan terlahir generasi yang esensi dari eksistensi diri mereka sendiri menghilang ditelan raksasa.

Bukan sekedar penjajahan ekonomi namun racun mental mematikan yang disuguhkannya.

Berharaplah segera terlahir orang

hebat

yang dengan kilatan belatinya mampu membawa generasi itu keluar dari penjajahan mental.

 

(Dharmadjaya, 3 Juni 2021)

 

 

 

 


Alampun Berzikir

Ketersesatan berpikir tentang angin yang sering bertiup teramat pelan ditengah malam sebagai pertanda kemalasannya adalah hakikat tak beretika dan menghancurkan nilai estetika makna terkandung.

Demikian api air serta tanah dan kandungannya sedang melaksanakan tugas tanpa membantah.

Hanya kita... lah yang sesungguhnya teramat sering malas membantah dan berbuat salah, sering lupa mengingatNya.

Demikian alam semesta dan isinya berzikir mengagungkanNya.

Bahasa zikir mereka indah agung mesra hanya kita tak mengerti caranya.

 

(Dharmadjaya, 4 Juni 2021)

 

 

 

 


Haqqul Yakin

Semut hitam sahabat lamaku bertanya.

Dimana batas alam semesta ataukah tak berbatas. Akupun tersenyum dan kukatakan jika ia sebagai makhluk maka tentu berbatas.

Hanya jika kita yang mengukur lewat empiris penginderaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya akal tak mampu mencapai batasnya.

Kita hanya berada ditepian haqqul yakin karena yang terbatas tak mungkin mencapai af'al yang tak terbatas kecuali akalmu akan terbakar.

Sebagaimana hakikat ilmu.

Diapun tersenyum manis.

Lanjutku...

Namun jika hal iman yang wajib dipercayai maka tenggelamkan dirimu sepenuhnya tanpa setitik keraguan lewat dalil aqli dan naqli.

Nikmat dan musibah termasuk jembatan haqqul yakin.

Maksudmu kata semut hitam.

Itu sekarang tugasmu.

Iapun tertawa lepas diiringi senyum manisku.

 

(Dharmadjaya, 4 Juni 2021)

 

 

 


Melangitlah

Semut hitam sahabatku datang dan bertanya lagi.

Bukankah bilangan itu tak pernah berakhir jika kita sebut suatu bilangan maka ketika kita tambahkan berarti bilangan tersebut bukanlah yang terakhir sebagai batas.

Demikian seterusnya.

Akupun tersenyum padanya.

Bilangan hanyalah sebuah konsep yang mewakili pengukuran.

Jika bintang dilangit diukur jumlahnya maka pasti berbatas karena jika Tuhan menciptakan satu saja lagi bintang maka jumlah bintang yang sebelumnya adalah batasan dari keterbatasan.

Iapun tersenyum manis.

Lanjutku...

Pikiran kita terlalu sering dibatasi.

Jika kita berdua membentangkan tali dibumi dari timur dengan arah berlawanan sampai bertemu di barat maka bentuknya akan berupa lingkaran.

Hanya kita yang tak mampu membayangkannya ketika posisi kita dibumi maka melangitlah jiwa dan pikiranmu agar tubuhmu mau bersujud dibumiNya.

Adakah tugasku hari ini katanya.

Tak ada kataku.

Iapun tertawa lepas seiring senyum manisku.

 

(Dharmadjaya, 4 Juni 2021)

 


Bepergian yang Teramat Jauh

Hidup tak ada yang sempurna dan kekal,

rembulanpun tahu itu.

Diketika keharusan bepergian yang teramat jauh adalah sebuah keniscayaan, bagai benang merah tipis rapuh putus dimana dan

kapanpun jua.

Ketakutan rasa takut...

meninggalkan istana megah kendaraan mewah, perniagaan dan kesenangan, tentu bukanlah tentang itu.

Takut berpisah orang orang terdekat hanya sebuah alasan yang tak beralasan karena bukan hak kita yang merasa paling mampu menjaga dan memeliharanya.

Merasa tipisnya kualitas isi rekening akhirat itu yang memungkinkan paling beralasan kita takut pergi menemuiNya.

 

(Dharmadjaya, 10 Juni 2021)

 

 

 

 

 


Konsekuensi

Tak pernah diri pesan meminta bahkan menyogok akan kehadirannya di dunia.

Namun terlalu sering diri lalai akan arti kehadiran itu.

Jiwa berontak tak ingin ada derita dan batas dari kehadirannya, ingin hidup berlama-lama.

Namun... tak siap menerima konsekuensi semakin rapuhnya tulang dan lemahnya akal.

Ingin memiliki kehadiran sepenuhnya dan hadir perkasa adalah sebuah ketidakmungkinan.

 

(Dharmadjaya, 10 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 


Pasrah

Kuyakin sangat bahwasanya itu bukanlah dirimu yang sesungguhnya.

Yang hanya dengan masalah kecil tlah mampu menenggelamkanmu kedasar samudera terdalam dan gelap.

Bagaimana mungkin hanya untuk menelan sebutir pil pahit harus menghabiskan tiga tong air.

Sungguh luar biasa caramu menyikapi.

Kedewasaan bukan masalah usia, namun siapa yang lebih mampu menyikapi.

Pasrah bukan berarti lemah.

Setelah segenap usaha, dan doa dipanjatkan belum berbuah manis maka giliran pasrah untuk mengambil alih adalah sikap termanis.

 

(Dharmadjaya, 11 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 


Melepas Ikatan

Lihatlah... insting itu mencoba berlari-larian mengejar imajinasi dipesisir intuisi mencari kerangnya ilham tuk melepaskan diri dari godaan dan ikatan dunia fana.

Menghantam angkuhnya keakuan materialisme dan liberalisme dengan duduk sejenak berteman yakin dipelataran tajarrud tuk memahami rasionalitas nilai dan tujuan mana yang lebih berakal antara memilih kekal tinggal disekedar rumah dari batu bata ataukah sementara tinggal diistana dari emas permata.

Agar...

Kuat memegang panji komitmen dikawal pedang kemurnian dan totalitas.

 

(Dharmadjaya, 11 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Talak Tiga

Disaat hisapan rokok kesayanganku mengepulkan pertanda cinta yang mengikat erat, entah pada stadium berapa.

Tanpa kusadari capung kecil manis sahabatku tlah ada disampingku dengan senyum kecilnya.

Perlahan ia mengajukan sapa, masihkah hisapanmu itu mendominasi rasa hegemonimu.

Seberapa besar sudah kulihat usaha dan kemauanmu untuk berpisah namun tak kunjung tiba.

Lalu... pintaku.

Bukan saja kau telah perlahan merusak tubuh yang seharusnya kau jaga dan syukuri keberadaannya.

Namun harga rupiah yang kau sia-siakan yang mungkin lebih bermanfaat untukmu atau orang lain. Meski terlihat sedikit namun seberat zarahpun ada nilainya.

Kau harus berani mengucapkan talak padanya.

Talak berapa ujarku, apakah talak tiga cukup karena kemungkinan kembali tetap ada.

Itu sekarang tugasmu sahut sahabatku.

Akupun tertawa kecil didampingi senyum indahnya.

 

(Dharmadjaya, 13 Juni 2021)

 


Tersesat

Jangan biarkan diri dilenakan ilmu berlimpah jika hanya membuat tersesat dilabirinnya hati.

Mensortir dengan memilih memilah adalah menjadi betapa penting.

Sepenting mengertinya kita.

Mengapa betapa... tertusuk duri dan tersayat sembilu lebih nyeri, perih pedih daripada sekedar paku dan belati.

Lebih robeknya harga diri jika dihina daripada sekedar dihardik.

Menjadi bijak memang tidak mudah namun pembiaran pada ketidakbijakan ialah ia yang terjebak diujung jalan tanpa ada jalan lagi.

 

(Dharmadjaya, 13 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 


Kesetiaan

Dialah yang Esa.

Yang keAgunganNya tak goyah terpengaruh sedikitpun oleh baik buruknya kita.

Telah Mulia Dia dengan sendirinya.

Dialah Panglima Tertinggi Yang Maha Gagah Terhormat.

Tentaranya meliputi langit bumi...

virus, angin, meteor hingga malaikat akan dengan mudah menyudahi kesombongan kapan dan dimanapun.

Jadilah prajurit terlatihNya yang tetap setia apapun realitas tersaji dihadapan.

Jangan pernah pasrahkan kesetiaan, sebagaimana seseorang telah memasrahkan kendaraan dan rumahnya pada kunci.

 

(Dharmadjaya, 14 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 


Malu

Dulu ia yang berburuk sangka pada Tuhannya karena cobaan dan ujian datang silih berganti, kini ia menutup aurat, malu padaNya untuk berlari dari kenyataan meski terasa pahit.

Hidup terus saja berjalan tak mau menungggu mimpi jadi kenyataan.

Kini ia selalu melangkah kuat diiringi senyum dengan sebuah inspirasi agar langkah hanya bersandar padaNya.

Bukan karena merasa kuat, tapi karena yakin Dia Yang Maha Kuat selalu bersama dengan langkahnya.

 

(Dharmadjaya, 15 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Langkah

Capung kecil sahabat tercantikku tiba-tiba datang mengejutkanku dari ketermenungan.

Sedang apa katanya ramah.

Hidup ini tak mau menunggumu hanya karena berjuta alasan yang kau ajukan.

Tak peduli bagaimanapun kerasnya pukulan derita gelombang perasaanmu.

Lalu ujarku...

Ubahlah caramu mengayunkan langkah.

Karena...

Dirimu terbentuk dari apa yang kau pikirkan rasakan dan yakini.

Perlahan ia berlalu meninggalkanku dengan ciri khas senyum manisnya

 

(Dharmadjaya, 15 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 


Pejuang Sejati

Diketika kemampuan logika berada dipuncak putus asa, jangan ragu untuk segera belajar menapaki gunung kecerdasan mengatasi kesulitan.

Mendakilah perlahan.

Jika lelah... bolehlah sebentar saja berkemah.

Lanjutkan...

Lanjutkan terus perjuanganmu hingga mampu tuk tak merasa lagi tubuh terluka, lelah tak terhiraukan.

Percayalah sebentar lagi kau kan berada dipuncak.

Paling tidak saat ini kau telah mendekati puncak.

Dan...

Ternyata kini dirimu sudah berubah menjadi pejuang sejati.

 

(Dharmadjaya, 15 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 


Hanya Kau Inginku

Saat ia memandang kemahasempurnaanNya pada ciptaan tanpa cacat membuat ia teramat suka.

Sangat suka pada bukti keesaanNya.

Membuat hatinya tergetar berujar...

Hanya Kau inginku meski langkah masih sering tertatih.

Mengapa tidak.

Bukan sekedar wanginya bicara.

Tuhanku, ajari aku cinta.

Cinta berselimut sabar syukur.

Cinta yang memperpanjang umur dan berkah.

 

(Dharmadaya, 20 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Nampak Lebih Manis

Kulihat dirimu yang dulu sangat berbeda dengan sekarang.

Kau sering ketimur lalu kebarat tuk menemuiNya.

Bukan hanya saat dipasar, dipekerjaanpun kau nampak asyik berbincang denganNya.

Wajahmu kini nampak lebih manis.

Ada apa denganmu sahabat.

Perlahan iapun berbisik pelan.

Aku takut disaat bertemu Tuhanku, baru merintih memohon tuk kembali...

hanya untuk berbuat.

Jangan biarkan dirimu hanya...

“iman dalam diam”.

 

(Dharmadjaya, 22 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 


Berlayar

Perlahanlah berjalan wahai waktu.

Agar ruang tak terasa sempit.

Bukanlah engkau kutuduh penyebab dari akibat malasnya diri.

Aku hanya ingin sebentar bermanja dari penatnya perjalanan.

Akupun tidak sedang membandingkan kalian berdua.

Waktu dan ruang adalah bagiku bukan sekedar pendahuluan namun juga isi dan kesimpulan.

Sebab...

kemanapun tujuanku berlayar.

Kalian akan menyertai...

dipelabuhan mana dan kapan aku tiba.

 

(Dharmadjaya, 22 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 

 

Kesadaran

Kesadaran diri pada kemerdekaan visi adalah ia yang mencoba meraih puncak makna pada tujuan hidup.

Hingga pada menafsirkan dunia.

Untuk apa perhatian dan penghargaan jika diri belum mampu menghargai dirinya sebagai pribadi merdeka

Kemampuan untuk menolong diri, yang bukan pada kepribadian ganda yang menyembunyikan identitas dibalik topeng cantik.

Hijrah jihad hingga pembebasan... untuk menanamkan bahwa setiap langkah harus memiliki makna dan ibadah.

 

(Dharmadjaya, 23 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Inggih ya Allah

Ketika angin, ikhlas taat bertiup kencang tuk menumbangkan pohon pada keridhaan ketentuanNya maka merekapun berujar...

inggih ya Allah.

Pujian, perhatian bahkan penghormatan tak mampu mencemarkan mengotori angin.

Dan...

Silahkan engkau pergi menjauh duhai rasa tidak nyaman dari hati ujar pohon.

Dalam zikir mereka selalu berujar...

Inggih ya Allah.

 

(Dharmadjaya, 23 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 


Badut Dunia

Capung sahabat kecil manisku berbisik.

Ujian terberat adalah lulus dari rasa takut hinaan yang menenggelamkan dan suka pujian tersombong.

Hingga takut telan sekedar pahitnya pil kecil hinaan dan terlalu berharap manisnya minuman sebutan diri.

Kau terlalu sering sibuk sebut-sebut dunia.

Masih mahalnya harga dunia dalam pandangan sebabkan diri terlalu memikirkan oleh apa yang dikatakan badut dunia.

Lelahkan saja dirimu pada jihad pembebasan diri.

Sebab...

sungguh ia hanyalah badut dunia.

 

(Dharmadjaya, 27 Juni 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 


Obat Keabadian

Adalah ia yang meletakan hanya dan hanya cukup Allah, cintanya.

Cinta yang lain adalah sekedar sebab dan sebab taat padaNya.

Alangkah indah dan cantiknya jika tak terjebak tuk menjadikan Allah hanya sekedar Rabb namun...

juga ilah.

Hanya Dia yang patut disembah dan pantas tempat mengabdi.

Mengapa tidak mempersembahkan senyum, tawa dan tangis hanya untuk Allah.

Jadikanlah cinta yang dapat merebut hati sepenuhnya.

Cinta yang mampu membimbing taat.

Taat yg dikawal ketat latihan.

Latihan taat selalu pada iman dan taqwa.

 

(Dharmadjaya, 14 Juli 2021)

 

 

 

 

 

 


Tiada Daya

Pergilah berkelana sebentar saja bersama angin dingin agar dapat merasakan dinginnya.

Lalu...

Menuju matahari agar dapat berujar tentang rasanya panas.

Diperjalanan kembalimu dari matahari akan kau pahami berapa besaran harga dunia.

Yang terlalu sedikit tuk membeli ridhoNya dan menebus siksaNya.

Dunia bagai gelas berisi minuman yang...

terasa sangat manis namun rawan tumpah dan jatuh pecah tak bernilai.

Merdekakanlah diri dari rasa memiliki dan tanamlah rasa selalu butuh Dia.

 

(Dharmadjaya, 15 Juli 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Mengukir Rasa

Adakah universitas sabar dan syukur agar aku mampu mengukir rasa berkepanjangan.

Sebab dibutuhkan akan sangat tuk tenggelam kedasar pengalaman diatas pengalaman akan apakah itu rasa.

Bagai cinta yang tak terbantahkan diatas melebihi akan pengertian dan pemahaman.

Penuh akan rasa.

Semut hitam sahabatku terbang dengan tiga sayap hayalan.

Mengajakku...

tak inginkah kau ikut bercakap cakap sebentar dengan matahari.

Agar kau paham...

bagaimana melibatkan keterlibatan akan kesungguhsungguhan agar ketidakpastian tak menggigit, melukai rasa...

kegelisahan melanda.

Itu tentang rasa.

Mengapa kau tak mencoba mengalirkan bahasa makna saja. Hingga tak terjebak berjuta tafsir.

 

(Dharmadjaya, 27 Juli 2021)

 

 

 


Jalan Mana

Data dan informasi berkejaran cepat dengan waktu hingga proses dan evaluasi menuduh keras tindak lanjut tak konsekuen akan keputusan.

Menangislah ia.

Bukan karena merasa tak tangguh.

Kesadarannya mengatakan...

mana mungkin menemukan jalan kebenaran jika hanya berteman diam.

Sedang keputusan harus selalu hadir cepat disetiap saat dan keadaan.

Mengembaralah ia kini pada jalan asbab dan konteks keilmuan agar dapat merasakan hakikat makna sejati meski dihadapkan berkeping keping pengertian.

 

(Dharmadjaya, 28 Juli 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Berdamai dengan Allah

Teramat sering kita membantah... hanya karena tlah merasa cukup.

Hari ini aku menemui sahabatku capung kecil digubuk reyotnya.

Tubuhnya tlah lemah tak berdaya.

Bagaimana sakit yang kau rasakan ujarku.

Tubuh ini teramat sakit hingga kesendi terdalam.

Maukah kau kuobati ujarku lagi.

Biarkan saja dulu.

Aku terlampau sering membantahNya karena selama ini merasa cukup.

Biar kini sakit yang teramat sakit menjalari tubuhku.

Namun...

kini aku merasa nyaman.

Aku sudah berdamai denganNya.

 

(Dharmadjaya, 30 Juli 2021)

 

 

 

 

 

 


Makhluk Asing

Sungguh...

kulihat ia tak selalu hadir ditempat terdepan peribadatan.

Namun ia benar-benar merdeka atas keberpihakan pada duniawi.

Karena ia nampak berparas raja atas hati dan pikirannya.

Mampu membaca mengolah menyikapi masalah dan membijaksanai keresahan.

Menguasai mengendalikan egonya yang selalu cenderung mengambil jalan pintas.

Dengan... memperhatikan manajemen Allah atas alam dan dirinya.

 

(Dharmadjaya, 31 Juli 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Samudra Hangat

Semut kecil sahabat baikku menggodaku.

Ada apa dengan handuk basahmu itu.

Apakah kau barusan berenang di samudra hangat JamalNya.

Akupun tersenyum kecil.

Kenapa memangnya ujarku.

Ujarnya...

sering-seringlah berenang di samudra hangat jamalNya tanpa takut tenggelam.

Berhentilah sejenak mengembara di pengembaraan intelektual.

Khawatir...

yang kau raih hanyalah kecerdasan artifisial hingga tak sadar kau terjebak terpenjara pada entitas ilmiah semata.

Tanpa mengenali Dia, perbendaharaan yang tersembunyi.

 

(Dharmadjaya, 01 Agustus 2021)

 

 

 

 

 


Ruang RinduNya

Tak ada yang tak rapuh didunia ini.

Jangan berkata bodo amat atau emang gue pikirin tentang itu.

Karena saat ini masih merasa sakti.

Pintar dan mungkin sedikit tangguh.

Belajarlah bijak.

Dengan mata hati kau akan mampu melihat, mendengar berjuta kali lebih baik dan tajam daripada indera lahir.

Paculah sisa waktu yang tersisa pada ruang rinduNya.

Lupakan masa lalu yang terbuang, entah percuma.

 

(Dharmadjaya, 05 Agustus 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Bunga Dunia

Jangan pernah menyalahkan bunga bunga kehidupan yang menarik dan menawan hati.

Dibawah panji akreditasi keterhomatan yang mulia, pecahkanlah karang ketertarikan yang mengatasnamakan... tergoda, tak berdaya.

Jangan pula menyalahkan kehendakNya yang memang kuasa mutlak mampu menenggelamkan keinginan sebab... kehendak didiri yang dititipkanNya itulah yang akan dihisab dibatas kemampuan.

Tak setiap yang diingini harus dipenuhi meski kertertarikan keinginan itu teramat besar.

Jikapun terjerembab segeralah bangkit, mungkin...

lupa menimbang atau saat menimbang tak menghadirkan hati.

Belajarlah terus berjalan tegap dengan segenap perangkat akhirat.

 

(Dharmadjaya, 15 Agustus 2021)

 

 

 

 

 

 


Manja

Adalah ia...

bekas kehidupan yang kini menari nari dipusaran rimba gelap sunyi.

Bahkan kicauan burungpun seakan tak terdengar.

Janganlah berjalan diketerlaluan...

memanjakan kesedihan dan masalah.

Agar tak...

mengabadikan kontaminasi ketercemaran ruang privasi bersamaNya

Pembiaran adalah gen yang bermutasi berbalik arah, menentang arah kearah lain.

Yakinlah...

ruang waktu dan sebab akibatpun makhluk yang tunduk padaNya.

Biarlah kesedihan dan masalah berlalu mudah, sebagaimana mudahnya memahami Isra Mi'raj.

 

(Dharmadjaya, 21 Agustus 2021)

 

 

 

 

 

 


Perjuangan

Buat apa diri hanya tersandera diperbatasan pengertian dan merasa cukup bernaung berteduh diketertinggalan.

Bukankah tarikat ilmu amatlah luas...

yang akan mengantar ke dermaga hakikat.

Agar didapatkan limpahan surplus kebenaran.

Bersegeralah memasuki kawasan latihan dan perjuangan yang tak kenal sebutan lelah.

Dan...

perlahan tersingkaplah tirai hakikat af'al menujuNya tanpa lagi adanya sedikitpun sentuhan analisa.

 

(Dharmadjaya, 25 Agustus 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Dinding

Disaat semut hitam sahabat kecilku tersenyum manis padaku, kutanyakan padanya tentang ilmu pemagar diri, melipat bumi dan waktu serta membelah diri.

Untuk apa ujarnya, sambil menatap tajam kerelung hatiku.

Akupun tersipu malu.

Lanjutnya...

jika itu hanya menjadi pagar kokoh dinding penghalang menyaksikan kemahaanNya.

Lebih baik engkau pergi menjauh dariku saat ini juga sejauh jauhnya dan jangan pernah menemuiku lagi meski dalam mimpi.

 

(Dharmadjaya, 25 Agustus 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 


Bunga Musim Semi

BersamaMu...

ditaman indah itu...

bergurau tentang hina dan fakirnya aku dihadapanMu.

Demikian akhir bait puisi yang terdengar olehku dari semut hitam sahabat manisku.

Dikejutkan kedatanganku yang tiba-tiba dengan seuntai senyum, iapun berujar...

Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan.

Aku tidak sedang mabuk ujarnya.

Aku tak sedang mengada ada...

selama ini aku hanya menyebut namaNya, namun kerinduan bersamaNya menyesakan dada ini.

Akupun hanya kembali tersenyum, dibalas pesta senyum hening beribu bunga musim semi olehnya.

 

(Dharmadjaya, 29 Agustus 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Prahara Gurun Sahara

Jika jalur menjadi sangat gelap dan sulit melihat jalan, jangan biarkan diri terbaring dalam diam.

Perjuangkan takdirmu.

Dan...

Bersandarlah hanya pada Dia yang sangat nampak pada tiap sesuatu namun tak terkurung oleh sesuatu itu.

Pada Dia Yang Maha Berkata-kata sangat mustahil bisu.

Tak takutkah ruang hati menjadi semakin gelap tak berpenghuni.

Yakinkanlah diri adalah “kaisar kehidupan” yang mampu menaklukan ribuan tragedi prahara gurun sahara.

 

(Dharmadjaya, 01 September 2021)

 

 

 

 

 


Misteri Laut Karibia

Diperbatasan alam bawah sadar iapun mengucapkan salam permisi mohon ijin menemukan permata indah yang tlah lama terpendam didasarnya.

Namun...

yang ditemukannya derita dikesunyian alam bawah sadar.

Superego menyarankan tuk bercerita mengisahkan..

mengadu merintihlah hanya padaNya namun dengan bermanja seorang hamba tanpa mendikte.

Melalui...

shalat dan doa pelan dinikmati tuk meraih ridhaNya.

Berilah hamba sedikit cahaya keindahan supernova yang dapat menerangi kegelapan misteri dasar laut karibia.

 

(Dharmadjaya, 05 September 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Salju Puncak Himalaya

Doanya terdengar ditepi ratapan lirih pada sebuah ketakutan yang sungguh tak beralasan...

takut tersedot gravitasi lubang hitam supermasif inti galaksi terjauh.

Akibat..

mengejar puncak kenikmatan dunia tak berbatas.

Kecuali terdampar pada sebongkah kekecewaan.

Meski ia tahu menara universitas jalanan tak pernah mengajarkan itu.

Bahkan kini...

ingin bersembunyi di super kejauhan planck length semesta mikrokosmos.

Cukuplah berlindung padaNya dan belajar menapaki jalan hening menuju puncak salju pegunungan himalaya.

 

(Dharmadjaya, 10 September 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Dikehambaan

Tak pantas... sebab...

tlah fana karena anugerah difanakanNya.

Lalu merasa tercelup menjadi tak bisa dibedakan denganNya.

Jangan...

mudah menolak menafikan was was itu...

makhluk tetap makhluk yang tak mungkin menuju satu saja kesempurnaan sifat, asma dan af'alNya.

Ujar semut hitam sahabat cantikku berpesan.

Allah tetaplah Tuhan yang tak mungkin terkurung dimakhluk sefana apapun yang tersandera ngantuk lelah dan rusak. Meski kecuali Dia berkehendak lain tentang kau sanggup tak merasa lelah.

Namun tak dapat didikte oleh ingin makhluk.

Biarlah cukup menjadi hamba sejati yang tak membuatNya cemburu.

Cukup Dia yang sempurna Maha Berdiri Sendiri dan maha sempurna mengenali diriNya dengan seluruh kemahaanNya.

 

(Dharmadjaya, 11 September 2021)

 

 

 

 


Penentu

Waktu begitu cepat bergulir.

Meninggalkan jejak jejak kecemasan dan ketakutan.

Diri tersandera.

Terjebak difobia ketinggian ingin.

Bayangan gelap kondisi sekitar... takut dipermalukan dan ancaman penilaian orang.

Jadilah saat ini yang menentukan bukan yang ditentukan.

Oleh....

siapapun.

Atau...

paling tidak ada kesepakatan.

 

(Dharmadjaya, 12 September 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 


Maaf

Kini ia bagai setetes air yang mencoba memberi arti bagi hak setangkai mawar.

Bahkan...

dengan sopannya kini, ia mencoba lembut memindahkan sebutir debu dari sepatu mahalnya.

Sangat khawatir tuk menyakiti.

Bahkan lagi, ia yang terkini... ikut mencemaskan dan menyampaikan permohonan maaf.

Tak mau dirinya sedetikpun jadi penghalang cahaya matahari menyinari bumi dan makhluk terkandung karena kepentingan diri.

Maafkan.

Oh... maafkanlah.

 

(Dharmadjaya, 14 September 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 


Pesta

Semeriah apapun pesta digelar pasti kan berakhir.

Kenikmatan dan kesenangan hanya bayangan semu.

Fatamorgana kebahagiaan dari sebuah tarian ilusi tak bertepinya energi frekwensi vibrasi.

Bintang pengembara sahabat baikku teman kehidupanku berujar...

Sebagai informavora pelahap informasi seharusnya kau bangkitkan medan energi kebaikanmu atau kau instal ulang saja...

isi jiwamu dengan aplikasi kejernihan gelombang kesadaran akanNya.

 

(Dharmadjaya, 01 Oktober 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 


Bunga Kebenaran

Disecarik kertas yang tlah lama lusuh ditelan debu perjalanan waktu, masih mampu kubaca semerbak wanginya bunga kebenaran bukan tersesat dikepalsuan misteri ingatan kenangan dejavu.

Sangat nyata menyaksikan hingga luluh dan berkata...

Tlah nampak nyata dipertontonkan hidayah itu pada diri dan alam, sejauh mata dan hati mau memandang.

Bersyukurlah bagi yang berkenan menyambut menerimanya.

Jika jalan nampak terang berhentilah tuk lelah bergumul dengan hatimu sendiri apalagi takut mendengarkan apa kata orang.

Lalu...

Kuceritakan tentang kapal yang lama karam hanya pada Tuhanku agar aku terbebas lapang dan dikaruniai kapal pesiar baru olehNya

 

(Dharmadjaya, 09 Nopember 2021)

 

 

 

 

 

 


Kesatria Penuh Luka

Terlalu sering kita terperosok kelubang lubang kesedihan dan menyalahkan orang lain bahkan... pada diri sendiri, yang seharusnya mengawal dan bercakap indah mesra padanya.

Bekas perihnya sayatan dan luka berdarah sayatan baru adalah rasa yang salah dalam pengertian memahami asyik dan manisnya menapaki tanjakan terjal.

Kesatria tangguh terlahir bukan karena kilatan tajam pedangnya namun keberaniannya terus melangkah dengan penuh luka.

Jangan salahkan pedangmu yang tak terhunus jika keberanianmu tak bersamaNya.

 

(Dharmadjaya, 16 Nopember 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 


Asing Akan Diri

Teramat banyak ingin itu.

Bertumpuk tumpuk...

tinggi menjulang hingga khawatir dengan jumlah nafas tersisa.

Tak berhati hati pada ingin yang menjerumuskan.

Terancam dikebahagiaan semu.

Terperangkap oleh kecantikan wajah dunia.

Hingga...

Tenggelam di samudera kebingungan, diketakjelasan nilai dan tujuan hidup.

Takkah cukup sudah...

tuk merasa lelah, bosan dan...

merasa asing akan diri sendiri.

 

(Dharmadjaya, 18 Nopember 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Sebutir Debu Semesta

Hidup sebatas singgah.

Bagai sebutir debu semesta yang terbawa angin kelana.

Dan menitipkan cinta padanya.

Bagai tawanan hina rasa malas.

Tak peduli tuk bertanya, siapa yang menciptakan perut dan menjaminnya.

Pergi berlari meninggalkan seakan tak lagi punya masa lalu.

Padahal...

gurunpun tak mampu menyembunyikanNya darimu.

Tak terburu buru Dia tuk menghakimi.

Tempat sandaran terindah.

 

(Dharmadjaya, 20 Nopember 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 


Rasa Tak Terbendung

Meronta dan berguling guling di pelataran rasa tak terbendung tanpa verifikasi dan validasi, tanpa peduli kritis dan etisnya adalah menanam bibit tak acuh akan proses dan prosedur.

Waktu tak pernah mau menunggu lama.

Namun esensi rasa, juga haruslah dirasakan hingga tak tertipu terhijab ilmu dan amal yang terbatas.

Agar tak terlempar jauh tenggelam didasar rasa aku.

Kemudian... takluk, menjelma manusia tersembunyi sepi akhfiya.

 

(Dharmadjaya, 30 Nopember 2021)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Menjadi Lipatan Sejarah

Tuntutan dari sebuah kewajiban, tanggung jawab dan harapan terkadang terasa berat membebani.

Masalah adalah seperti jalan jalan sempit terjal, dimana kita hanya... masih belum mampu memahami dan terlalu sulit tuk menerima kehadirannya.

Hati hati berdiri diujung jurang karena hanya ingin tahu kedalamannya.

Karena terlalu yakin akan kemampuan dan kemauan.

Pilihlah jalan tengah.

Agar semua terlihat baik baik saja dan memang menjadi baik baik saja.

Agar mampu menghadapi beribu ribu kisah yang akan dijalani.

Selamat tinggal barisan masalah.

Biar... kini hanya menjadi lipatan lipatan sejarah yang tersusun rapi dilemari kokoh.

 

(Dharmadjaya, 02 Desember 2021)

 

 

 

 

 

 


Kerakusan Dan Ketidakpastian

Sudah berapa kali kau mandi dan bersuci hari ini.

Sudah seberapa maksimal untuk tak mengotori hati dan pikiran.

Hidup adalah konsekwensi sangat logis agar tidak bermain main liar ditengah toleransi.

Jadilah kuat dan terjaga.

Hingga... takut dan khawatir tak lagi terlintas.

Meski belati tajam dilehermu.

Was was hantu jin setan menakuti.

Sempit kehidupan menekan.

Hadirkan segera argumen... tanpa emosi dari spekulasi ilmiah liar, pemikiran yang mengambang dan kreativitas penuh prustasi.

Pekikan cinta yang mengerang kesakitan terjebak medan ranjau kosmis tanpa cahaya big bang.

Ditengah sahara kerakusan dan ketidakpastian.

Membungkus teka teki dalam lapisan misteri dari takdir yang kau coba rancang sendiri bagai spiral spekulasi tanpa harapan.

 

(Dharmadjaya, 07 Desember 2021)

 

 

 

 


Tidak, kataku

Aku sedang belajar tuk mengatakan tidak.

Tidak...

Tidak tidak tidak.

Pada siapapun.

Meski terasa sangat berat.

Berlatih sangat keras.

Menghapus rasa tak enaklah, takut, bahkan tersingkir.

Kecuali pada Tuhanku pemilik kebaikan dan kebenaran.

Apalagi harus menggadaikan kebaikan dan kebenaran hanya demi sekedar sekeping kenikmatan dunia.

Juga...

Mengatakan tidak pada inginku sendiri, meski ia meronta ronta, membujuk, memelas dengan berjuta alasan menjebak, menjerumuskan.

 

(Dharmadjaya, 18 Desember 2021)

 

 

 

 

 

 

 


Rasa Tak Penting

Terdengar sayup sayup akar masalah dari buah bibir kehidupan luka batin.

Reputasi kehormatan dan pentingnya legitimasi diri hanya sebuah upaya putus asa dalam kompensasi berlebih.

Membangun sketsa kemungkinan bukan penjelasan ekuivalensi sebab dan konsekuensi.

Hanya ungkapan sensasional dan oportunistik.

Badai kebingungan dan kegetiran.

Terkungkung rasa tak penting, dibawah standar.

Bangunlah...

Tiap hari Dia menerbitkan matahari, tiap detik menghembuskan udara tuk nafasmu.

Jika tidak...

Tidur sajalah, namun seindah tidurnya Ashabul Kahfi.

 

(Dharmadjaya, 21 Desember 2021)

 

 

 

 

 

 


Dipenghujung Tahun

Saat tak sengaja kutatap langit, planet pengembara sahabatku tersenyum manis.

Ada apa ujarnya.

Ternyata teramat tinggi juga ya langit.

Terbahak bahak ia menertawakanku.

Teramat riskan dan krusial hidupmu.

Kau tak peduli akal mustafadmu memanggil yang menyaksikan jelas ilmu laduni.

Kau khianati niat dan tujuan baik, padahal itulah yang menjadikan langkah menjadi indah.

Tinggi dan indahnya langit bukan awan yang menutupi namun kesibukanmu yang tak pernah berujung selesai hingga hampir permanen oleh atas capaian kepemilikan dunia sesaat dan tak jelas.

Yang teramat jelas... hanyalah sementara.

Akupun hanya tersenyum sedingin salju dipenghujung tahun.

 

(Dharmadjaya, 31 Desember 2021)

 

 

 

 

 


Langkah Diawal Tahun

Semut hitam sahabatku membangunkanku terlalu pagi, menanyakan surat pernyataan apakah sudah ditandatangani diatas materai.

Kenapa dihari awal tahun begini kau belum juga melangkah meski diawali dengan hanya langkah kecil ujarnya.

Sambil tersenyum sangat malu akupun segera bangun menandatangani dan menyerahkan seluruh rencana masa depan dan langkah kebijakan serta rincian anggaran padanya.

Sebenarnya aku sangat malu seperti lelucon harus menyerahkan rencana perjalanan hidupku bagai perusahaan raksasa, namun mungkin ada benarnya.

Akhirnya ia berkata... ekspektasimu amat realistis, profesional, cukup ambisius dan selaras dengan tujuan.

Selamat berlayar menuju dermaga impian.

 

(Dharmadjaya, 01 Januari 2022)

 

 

 

 

 

 

 


Lari Terbirit-Birit

Terdengar sayup-sayup entitas supranatural penuh spekulasi ranting kering patah bahwa telah berlalu orang-orang terdahulu dengan cerita indah dan kepahitannya.

Tak setiap yang terakhir dan berakhir itu menakutkan menyakitkan, boleh jadi begitu indah mengawali sesuatu yang teramat indah.

Asalkan ...

Hak intelektual kecerdasan dan kebijaksanaan tak tergadai hingga pengkarakterisasian yang membatu hiperbola.

Logika yang dibolak balik, diadu domba, dihasut dan terjebak sehingga dinding hati perlahan rapuh terlena dibuai.

Lari terbirit-birit dari perang.

 

(Dharmadjaya, 13 Januari 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 


Meski Sebatas Niat

Keperluan dan keinginan, urusan dan kepentingan menjajal keras detik demi detik, hari harimu.

Hingga tak sadar...

Wajahmu kusut pucat seakan belum dicuci disetrika.

Haruskah setiap kita mengerti cara mendaki gunung dan menuruni lembah.

Yakinlah...

Kekecewaan atas dunia adalah isyarat bahwa hanya Dia yang tak mengecewakan.

Dan...

Berjuang adalah jalan kehambaan adapun ketentuan adalah hakNya.

Apabila... rasa syukur dan cinta itu kelak datang.

Apapun takkan pernah mampu menahan menghalangi.

Perlahan kau cuci sajalah wajahmu meski terlihat enggan.

Tak mengapa.

Meski hanya masih sekedar sebatas niat.

Berteduh dibawah lindunganNya

 

(Dharmadjaya, 15 Februari 2022)

 

 

 

 

 

 


Dikejar Sang Waktu

Alasanmu teramat lemah.

Kau yang dikejar sang waktu. Lalu... memaksa diri berlayar disamudera ketidakpastian. Hingga... dihadang gelombang tinggi, perkara rumit dari drama tak jelas penuh resiko tenggelam.

Bahkan... nekat tanpa mengenakan pelampung standar operasional prosedur.

Terjebak khayalan tentang "seandainya aku"

Rajin, gigih, semangat dan sabar adalah perhitungan.

Tak mengapa dan tidak juga terlambat jika ingin kembali dan menyesali langkah.

Lalu memulai dari awal.

Daripada harus membahayakan jiwa dan ragamu.

Jangan lepas apa yang kau inginkan jika benar dan baik.

 

(Dharmadjaya, 18 Februari 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 


Jejak Petualang Waktu

Terseret bilur bilur penyesalan kemarin dan terpenjara kekhawatiran esok hanya akan sangat melukai lelah langkah perjuangan hari ini.

Yang lalu adalah instropeksi dan nanti adalah tentang kebijaksanaan, mengawal jejak langkah sang petualang waktu.

Meski... hari ini tak harus ideal proporsional.

Bercanda dan bermain diekspresi perasaan yang salah bagai menghadirkan cinta dan rezeki diketerpaksaan bukan datang menghampiri.

Rasa yang baik adalah keindahan dan rasa yang benar adalah tentang kelembutan tak tergesa gesa.

Hingga jiwa mampu menerima dan menyesuaikan dengan Dia yang maha lembut.

 

(Dharmadjaya, 04 Maret 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Terlihat Anggun

Selagi semasih jantung berdetak meski pelan tetaplah hati tersenyum.

Agar...

selendang apapun yang dikenakan tetap terlihat anggun.

Takkan pernah mampu tubuh tetap kekar cantik dan sehat meski dibalut topeng berjuta kepalsuan.

Senyumlah tanpa diiringi miskin makna dan penjelasan.

Hingga mampu melewati berjuta rintangan dan membendung tetesan air mata.

 

(Dharmadjaya, 10 Maret 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Hatipun Tersenyum

Sulit juga ya, memberikan definisi rindu cinta yang diterjemahkan dengan kata secara benar tepat dan cerdas.

Aku sedang berjuang mencintaiNya kata capung pada semut hitam sahabat kecilku.

Apa itu cinta dan berjuang. Adakah rindu itu seperti seorang anak lama tak jumpa ayahnya.

Semutpun berpesan.

Jangan hanya kau pahami dengan hanya akal tapi juga hatimu agar jiwamu mampu terbang tinggi tanpa terbakar matahari.

Hatikupun tersenyum dan segera berlalu takut diminta menjelaskan.

Seperti kemarin dulu tentang pasrah sepenuhnya atau sebagian ikhtiar agar panen kebun tak terbakar penyesalan.

 

(Dharmadjaya, 22 Maret 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 


Secawan Anggur

Pagi tadi burung pipit tersenyum menyapaku. Siang ini matahari.

Entahlah malam nanti.

Adakah bintang atau rembulan tersenyum padaku.

Jika tidak.

Aku yang akan menyapanya terlebih dahulu dengan senyum manis khasku dan kutuangkan secawan anggur cinta dari mata air hatiku.

Biarlah kita sedikit menyediakan waktu untuk yang lain.

Tanpa egois berkata... aku sibuk, tak punya waktu tuk menyapamu.

Waktu yang ada aja tak cukup bagiku.

 

(Dharmadjaya, 23 Maret 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Daftar Kerja

Kuperhatikan... daftar kerjamu hari ini menumpuk hingga tak sempat berolahraga dan bermain.

Kemarin... daftar pustaka buku yang kau baca juga bertumpuk hingga tak sempat menilai dan merasa.

Adakah itu hanya untuk pemuas kebutuhan, status sosial.

Ataukah ibadah.

Bekerjalah dengan cinta dan rasa.

Seakan akan sedang bermain dengan riang gembira.

lalu... pekerjaan itupun menjelma menjadi halal diiringi nikmat dan dipenuhi keberkahan.

 

(Dharmadjaya, 24 Maret 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Air mata

Temanku... temanku.

Ada ada aja, pertanyaanmu malam ini.

Adakah sama rindu dan air mata.

Sekarang begini... kau saja yang mencoba sendiri, lalu teliti adakah sama air mata tertusuk duri tajam dan duka yang mendalam.

Periksa bentuk partikelnya dan coba cicipi rasanya.

Jika berbeda... nanti beritahukan padaku.

Lalu aku mohon pamit pulang sambil tertawa geli dihati hingga air mata mengalir tipis.

 

(Dharmadjaya, 24 Maret 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Padamu Do'a

Selamat siang padamu do'a.

Rasa terdalam ingin meminta padaNya.

Namun... malu takut bagai pengemis, mengatur layaknya bos, menagih upah seperti pekerja.

Padamu do'a kudekati. Namun... khawatir tak pandai bersyukur.

Duhai do'a... ajari aku tentang adab, waktu dan keutamaan agar tak menyesakan dada.

 

(Dharmadjaya, 02 April 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tergerusnya Cinta

Hidup bukan hanya perkara keberanian. Bukan sekedar tentang kegigihan mewujudkan mimpi menuju sisi tepian bahagia.

Kaisar yg ingin merebut kembali kekuasaan, berdarah darah. Jangan ganggu, kau kecoa badut.

Hingga... rasa yang terdepresiasi tergerus dari cinta jadi sayang.

Tragedi tragisnya diri tenggelam dikeakuan.

Tersesat dipengasingan.

Atau... memperjuangkan kemerdekaan diri dari penjara dunia menuju kebebasan, kembali normal meraih makna.

Lalu... eksis bertanggungjawab.

Namun... perlahan pulang dari logoterapinya psikoterapi menuju orientasi hanya RidhoNya.

 

(Dharmadjaya, 08 April 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Misteri Hati

Tenggelam diperdebatan tak jelas, entah... perang antar galaksi, aliansi antar peradabannya.

Hingga fisika kuantum yang meninabobokan nuklir ketercengangan fisika klasik dan relativitas.

Lalu bertanya sedalam apakah misteri hati yang terdalam.

Teramat melelahkan.

Namun selayaknya mampu bersujud mengesakanNya.

Ditengah tawafnya sel darah merah menemani sel syaraf otak yang menangis.

Jadi pemenang hanya dengan berjuang bertanding.

Dengan resiko terjatuh kalah.

Tuan berlari lari kecil.

Mengapa?                    

Aku sangat menyukuri sehatku.

Tuan tersenyum manis pula?

Aku melihatNya teramat baik.

Padahal tuan sedang terjatuh!

Dia sedang menguatkan sabarku sebelum kematian tiba tiba menjemput.

Adakah tuan... ikuti kata hati padaNya bukan ingin tuan. Jangan pernah mau dipimpin rasa takut.

Ada apa?

 

(Dharmadjaya, 10 April 2022)

 

 


Gelombang Samuderamu

Meski bulan tlah membuat gelombangmu tinggi dan teramat kuat namun menghindarlah dari perahu layarku.

Sebagai waktu tempat dan sebab akibat yang tersenyum manis menyapaku.

Aku tak pernah ingin dan bermimpi tertidur didasarmu.

Kuingin tiba tepat waktu ditempat yang mengajariku betapa dunia tak pernah membuatmu sempit bernafas.

Bersahabatlah denganku.

Jangan pernah memandangku kecil ditengah samuderamu.

Agar rembulan mau mengisahkan indahnya persahabatan kami.

 

(Dharmadjaya, 11 April 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Titah Raja

Ini semua tentang bagaimana... mengoperasikan iman agar tak lenyap dalam euforia ekstasi transenden atau imanen mempesona tak jelas.

Murid kehidupan harus mau diatur wahyu.

Bijaksana mampu memetik hikmah dari tiap kejadian.

Menjadi amat sulit memahami makna dari sebuah tujuan.

Jika... ingin, rasa dan pikiran dibiarkan berenang liar dikegelapan.

Keinginan liar yang tak pernah puas memaksa.

Lalu... pikiran siaga tuk tak peduli lagi meski rasa itu sakit, haus penuh luka karena patuh pada perintah hati.

Laksanakan titah raja tuk abaikan.

Maka jiwapun tersenyum manja.

 

(Dharmadjaya, 23 April 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Berburu Ide

Mencoba berburu ide buatan dan petualangan karena defisit argumen diri.

Berlari menjauh, jauh diluar dimensi empat kedimensi hayalan.

Mencoba eksekusi atas analisis.

Membeli segelas kopi susu ataukah sebuah ruang hampa.

Derap langkah kaki kuda terdengar melaju mengejar target dan ambisi ditengah malam gelap sunyi dan dikeramaian.

Diri kita terkadang tlah merasa tak sanggup.

Namun... jika kita diperjalankan maka tiba tiba kita sudah tiba ditujuan.

Sungguh... betapa tak berdayanya setiap kita.

Kembali keawal kedimensi nol.

 

(Dharmadjaya, 26 April 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tidur Yang Indah

Ribuan pertempuran tlah ia lalui.

Dan terus akan dilewati.

Namun senyumnya masih sangat sederhana.

Bahagianyapun masih teramat sederhana meski hanya berteman tengah malam dengan secangkir kopi.

Aku yakin, ia tlah paham bahwa tak ada sebab yang memberi bekas.

Tak ingin ia berpikir tuk membedakan antara kemenangan dan kegagalan.

Hingga tidurnyapun teramat indah berselimut takdir.

 

(Dharmadjaya, 02 Mei 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tangguh Sekeras Yakinmu

Jika mampu menembus ruang dan waktu hingga jauh melampaui kecepatan cahaya apakah itu hanya sebuah imajinasi liar.

Hingga...

mampu menghadirkan doa yang meniadakan sebab, tongkatpun jadi ular.

Jika hanya sekedar sebatas mimpi dan harapan, selesaikan saja episode perjuanganmu.

Taklah etis lagi jika peduli kata orang yang melemahkan.

Tangguhlah...

“Sekeras yakinmu” pada pikiran dan perasaanmu sendiri padaNya.

 

(Dharmadjaya, 07 Mei 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Terbaring Lemah

Dompet itu... terbaring sangat lemah, tak berdaya.

Sudah beberapa hari ini tak selembar rupiahpun yang berkenan... menguatkan semangatnya.

Tak ingin ia berpura pura bahagia.

Sebab... berpura pura senang dan bahagiapun perlu tenaga dan pikiran.

Dulu... saat dompet itu penuh.

Terjerumus ia pada ketersesatan keinginan.

Perasaan ikut larut kealam bawah sadar yang salah dan pikiran tak peduli akan literasi tentang diri, alam dan kehidupan.

Berhati hatilah... agar tak tertelan usia dan zaman.

 

(Dharmadjaya, 16 Mei 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Kapal Kecil Kita

Lama ku...

kenal mu.

Hingga kau jua pilihan... tempatku menambatkan hati.

Kini kita... memulai berlayar bersama.

Bila gelombang besar menghadang, itu hanyalah ujian.

Batu karang hanyalah rintangan kecil bila kita selalu merasa cukup dan hanya Dia penolong dan pelindung.

Aku tahu dimatamu ada cintaku.

Dihatimu ada harum tentangku.

Tetaplah gigih mewujudkan impian tentang kita.

Kapal kecil kita tlah berangkat.

Peganglah erat erat tubuhku.

Agar... tak terlepas.

 

(Dharmadjaya, 24 Mei 2022)

 

 

 

 

 

 

 

Buat: Dr. Muhammad Rahmattullah, M.Pd &

Rizky Febriyani Putri, M.Pd

Dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat


Keberanian Baru

Sungguh teramat lemah.

Tak semua kebenaran terjangkau oleh akal.

Hingga... ketakmampuan menentukan mana yg harus dikejar diperjuangkan, mana yg harus dijaga dipertahankan dan mana yg harus dilepas diikhlaskan.

Perasaanpun tak selalu dapat diatur dibujuk.

Meninggalkan... trauma masa lalu hingga kecemasan nomophobia.

Sungguh perlu hadirnya keberanian baru, kecerdasan tuk segera berubah.

 

(Dharmadjaya, 24 Mei 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Istirahatlah Sejenak  acc

Aku punya kunci teramat kuat.

Tentu tak mudah patah dan berkarat.

Kunci masuk dari pintu mimpi ke alam nyata.

Aku punya jendela penuh ukiran tuk memandang indahnya pesona alam.

Jika kamu ingin memilikinya, duduklah sebentar.

Lepas perlahan penatnya pikiran dari ia apapun itu yang hari-hari menyita waktumu tuk hal yang tak jelas.

Akupun punya dinding besar penuh lukisan indah tuk bersandar.

Dan atap yang kekar tuk bernaung.

Jika kamupun ingin memilikinya, istirahatlah sejenak.

Perlahan lahan kau lepas rasa keakuanmu dari ingin yang tak pernah puas dan berkesudahan.

Lalu... bersabarlah sedikit jika tak sanggup lama.

Semoga kau temukan Dia.

 

(Dharmadjaya, 07 Juni 2022)

 

 


Detak Jantungmu

Adakah kau dengar suara nyaring nyanyian jangkrik dan binatang lainnya antara subuh dan menjelang pagi ini.

Atau suara langkah jarum jam didinding.

Atau lebih dekat lagi, detak jantungmu.

Aku tahu kau sangat sibuk mempersiapkan harimu mengejar target dan ambisi.

Jangan marah.

Mempersiapkan hari-hari tuk menikmati kebahagiaan dari kisah kehidupan tidaklah mudah.

Fakta kehidupan banyak memberi pelajaran indah namun kita sering tetap terlena oleh pesonanya atau kecemasan tak beralasan.

Janganlah cepat marah dan tersinggung.

Mari kita dendangkan lagu terapi pikiran dan hati agar tak mudah lelah dan tersesat.

 

(Dharmadjaya, 07 Juni 2022)

 

 

 

 


TENTANG PENULIS

 

I Gusti Bagus Dharmadjaya, S.Pd

Lahir di Banjar (Kal-Sel), 12 September 1964. Selesai S1 matematika ULM tahun 2000. Kesukaan penulis akan seni juga tasauf, filsafat dan psikologi secara otodidak mandiri melahirkan keinginan untuk berbagi. Terutama berbagai pesan yang mengingatkan, motivasi yang mampu menguatkan kesadaran diri untuk melewati hari-hari.

Penulis menyadari bahwa memulai tidaklah mudah namun tidak memulai tidak akan memperoleh apa apa dan sangat yakin bahwa sesuatu itu meskipun kecil jika bermakna tentu bernilai. Membaca buku ini lewat puisi modern dan kontemporer yang tidak mengikat dapat mengantarkan pembaca pada kemerdekaan berpikir berpendapat namun bertanggungjawab.




Tidak ada komentar: