61. Dipenghujung Tahun
Saat
tak sengaja kutatap langit, planet pengembara sahabatku tersenyum manis.
Ada apa
ujarnya.
Ternyata
teramat tinggi juga ya langit.
Terbahak
bahak ia menertawakanku.
Teramat
riskan dan krusial hidupmu.
Kau tak
peduli akal mustafadmu memanggil yang menyaksikan jelas ilmu laduni.
Kau
khianati niat dan tujuan baik, padahal itulah yang menjadikan langkah menjadi
indah.
Tinggi
dan indahnya langit bukan awan yang menutupi namun kesibukanmu yang tak pernah
berujung selesai hingga hampir permanen oleh atas capaian kepemilikan dunia
sesaat dan tak jelas.
Yang
teramat jelas... hanyalah sementara.
Akupun
hanya tersenyum sedingin salju dipenghujung tahun.
(Dharmadjaya,
31 Desember 2021)
===
62. Langkah Diawal Tahun
Semut hitam sahabatku membangunkanku terlalu
pagi, menanyakan surat pernyataan apakah sudah ditandatangani diatas materai.
Kenapa dihari awal tahun begini kau belum
juga melangkah meski diawali dengan hanya langkah kecil ujarnya.
Sambil tersenyum sangat malu akupun segera
bangun menandatangani dan menyerahkan seluruh rencana masa depan dan langkah
kebijakan serta rincian anggaran padanya.
Sebenarnya aku sangat malu seperti lelucon
harus menyerahkan rencana perjalanan hidupku bagai perusahaan raksasa, namun
mungkin ada benarnya.
Akhirnya ia berkata... ekspektasimu amat
realistis, profesional, cukup ambisius dan selaras dengan tujuan.
Selamat berlayar menuju dermaga impian.
(Dharmadjaya, 01 Januari 2022)
===
63. Lari Terbirit-Birit
Terdengar
sayup-sayup entitas supranatural penuh spekulasi ranting kering patah bahwa
telah berlalu orang-orang terdahulu dengan cerita indah dan kepahitannya.
Tak
setiap yang terakhir dan berakhir itu menakutkan menyakitkan, boleh jadi begitu
indah mengawali sesuatu yang teramat indah.
Asalkan
...
Hak
intelektual kecerdasan dan kebijaksanaan tak tergadai hingga
pengkarakterisasian yang membatu hiperbola.
Logika
yang dibolak balik, diadu domba, dihasut dan terjebak sehingga dinding hati
perlahan rapuh terlena dibuai.
Lari
terbirit-birit dari perang.
(Dharmadjaya,
13 Januari 2022)
===
64. Meski Sebatas Niat
Keperluan dan keinginan, urusan dan
kepentingan menjajal keras detik demi detik, hari harimu.
Hingga tak sadar...
Wajahmu kusut pucat seakan belum dicuci
disetrika.
Haruskah setiap kita mengerti cara mendaki
gunung dan menuruni lembah.
Yakinlah...
Kekecewaan atas dunia adalah isyarat bahwa
hanya Dia yang tak mengecewakan.
Dan...
Berjuang adalah jalan kehambaan adapun
ketentuan adalah hakNya.
Apabila... rasa syukur dan cinta itu kelak
datang.
Apapun takkan pernah mampu menahan
menghalangi.
Perlahan kau cuci sajalah wajahmu meski
terlihat enggan.
Tak mengapa.
Meski hanya masih sekedar sebatas niat.
Berteduh dibawah lindunganNya
(Dharmadjaya, 15 Februari 2022)
===
65. Dikejar Sang Waktu
Alasanmu
teramat lemah.
Kau
yang dikejar sang waktu. Lalu... memaksa diri berlayar disamudera
ketidakpastian. Hingga... dihadang gelombang tinggi, perkara rumit dari drama
tak jelas penuh resiko tenggelam.
Bahkan...
nekat tanpa mengenakan pelampung standar operasional prosedur.
Terjebak
khayalan tentang "seandainya aku"
Rajin,
gigih, semangat dan sabar adalah perhitungan.
Tak
mengapa dan tidak juga terlambat jika ingin kembali dan menyesali langkah.
Lalu
memulai dari awal.
Daripada
harus membahayakan jiwa dan ragamu.
Jangan
lepas apa yang kau inginkan jika benar dan baik.
(Dharmadjaya,
18 Februari 2022)
===
66. Jejak Petualang Waktu
Terseret bilur bilur penyesalan kemarin dan
terpenjara kekhawatiran esok hanya akan sangat melukai lelah langkah perjuangan
hari ini.
Yang lalu adalah instropeksi dan nanti
adalah tentang kebijaksanaan, mengawal jejak langkah sang petualang waktu.
Meski... hari ini tak harus ideal
proporsional.
Bercanda dan bermain diekspresi perasaan
yang salah bagai menghadirkan cinta dan rezeki diketerpaksaan bukan datang
menghampiri.
Rasa yang baik adalah keindahan dan rasa
yang benar adalah tentang kelembutan tak tergesa gesa.
Hingga jiwa mampu menerima dan menyesuaikan
dengan Dia yang maha lembut.
(Dharmadjaya, 04 Maret 2022)
===
67. Terlihat Anggun
Selagi
semasih jantung berdetak meski pelan tetaplah hati tersenyum.
Agar...
selendang
apapun yang dikenakan tetap terlihat anggun.
Takkan
pernah mampu tubuh tetap kekar cantik dan sehat meski dibalut topeng berjuta
kepalsuan.
Senyumlah
tanpa diiringi miskin makna dan penjelasan.
Hingga
mampu melewati berjuta rintangan dan membendung tetesan air mata.
(Dharmadjaya,
10 Maret 2022)
===
68. Hatipun Tersenyum
Sulit juga ya, memberikan definisi rindu
cinta yang diterjemahkan dengan kata secara benar tepat dan cerdas.
Aku sedang berjuang mencintaiNya kata capung
pada semut hitam sahabat kecilku.
Apa itu cinta dan berjuang. Adakah rindu itu
seperti seorang anak lama tak jumpa ayahnya.
Semutpun berpesan.
Jangan hanya kau pahami dengan hanya akal
tapi juga hatimu agar jiwamu mampu terbang tinggi tanpa terbakar matahari.
Hatikupun tersenyum dan segera berlalu takut
diminta menjelaskan.
Seperti kemarin dulu tentang pasrah
sepenuhnya atau sebagian ikhtiar agar panen kebun tak terbakar penyesalan.
(Dharmadjaya, 22 Maret 2022)
===
69. Secawan Anggur
Pagi
tadi burung pipit tersenyum menyapaku. Siang ini matahari.
Entahlah
malam nanti.
Adakah
bintang atau rembulan tersenyum padaku.
Jika tidak.
Aku
yang akan menyapanya terlebih dahulu dengan senyum manis khasku dan kutuangkan
secawan anggur cinta dari mata air hatiku.
Biarlah
kita sedikit menyediakan waktu untuk yang lain.
Tanpa
egois berkata... aku sibuk, tak punya waktu tuk menyapamu.
Waktu
yang ada aja tak cukup bagiku.
(Dharmadjaya,
23 Maret 2022)
===
70. Daftar Kerja
Kuperhatikan... daftar kerjamu hari ini
menumpuk hingga tak sempat berolahraga dan bermain.
Kemarin... daftar pustaka buku yang kau baca
juga bertumpuk hingga tak sempat menilai dan merasa.
Adakah itu hanya untuk pemuas kebutuhan,
status sosial.
Ataukah ibadah.
Bekerjalah dengan cinta dan rasa.
Seakan akan sedang bermain dengan riang
gembira.
lalu... pekerjaan itupun menjelma menjadi
halal diiringi nikmat dan dipenuhi keberkahan.
(Dharmadjaya, 24 Maret 2022)
===
71. Air mata
Temanku...
temanku.
Ada ada
aja, pertanyaanmu malam ini.
Adakah
sama rindu dan air mata.
Sekarang
begini... kau saja yang mencoba sendiri, lalu teliti adakah sama air mata
tertusuk duri tajam dan duka yang mendalam.
Periksa
bentuk partikelnya dan coba cicipi rasanya.
Jika
berbeda... nanti beritahukan padaku.
Lalu
aku mohon pamit pulang sambil tertawa geli dihati hingga air mata mengalir
tipis.
(Dharmadjaya,
24 Maret 2022)
===
72. Padamu Do'a
Selamat siang padamu do'a.
Rasa terdalam ingin meminta padaNya.
Namun... malu takut bagai pengemis, mengatur
layaknya bos, menagih upah seperti pekerja.
Padamu do'a kudekati. Namun... khawatir tak
pandai bersyukur.
Duhai do'a... ajari aku tentang adab, waktu
dan keutamaan agar tak menyesakan dada.
(Dharmadjaya, 02 April 2022)
===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar